Hentikan 5 Bullshit dan Tipuan Digital Marketing Ini

Artikel ini terakhir di perbaharui April 21, 2022 by Yahya Kus Handoyo
Hentikan 5 Bullshit dan Tipuan Digital Marketing Ini

Digital marketing selalu menjadi sarana pemasaran primadona di dunia bisnis. Sejak kemunculannya di tahun 2000-an, dunia digital marketing terus berkembang dan menjadi bagian besar dari strategi pengembangan perusahaan. Tapi, ada hal yang perlu anda ketahui!

Dunia digital marketing ini -kalau mau jujur-jujuran- masih tergolong lumayan baru di Indonesia. Sebelum badai pandemi covid 2020 menyerang, jujur saja saya sendiri masih sangat jarang menemukan perusahaan yang menggunakan digital marketing sebagai pengembangan bisnis mereka. Bahkan di perusahaan yang menyebut dirinya sebagai tech company sekalipun, belum menggunakan digital marketing.

Barulah ketika pandemi menyerang, dimana marketing konvensional tidak bisa diharapkan karena adanya pembatasan kerumunan, baru deh nama digital marketing mulai mencuat. Bahkan permintaan untuk profesi ini juga meningkat pesat.

Tapi ya gitu, implementasinya ngaco

Sadar digital marketing, belum tentu implementasinya tepat. Karena ya kebanyakan dari perusahaan yang mengimplementasikan ini ternyata background-nya latah dan ikut-ikutan. Dan itu mengakibatkan kualitas digital marketing yang dilakukan jadi kurang optimal.

Ditambah lagi karena latah dan ikut-ikutan doang, orang-orang tersebut juga rawan mengalami penipuan atau memiliki standar yang ngaco. Berikut beberapa contohnya:

1. Digital Marketing = Naik Omzet

Digital marketing sebenarnya memiliki prinsip yang tidak jauh berbeda dengan marketing konvensional. Dan tentu saja dengan anda melakukan marketing, belum tentu omzet anda akan serta-merta naik. Ini juga berlaku pada digital marketing.

Apalagi ketika bisnis menggunakan strategi yang asal-asalan. Main jualan tanpa menguasai bagaimana perilaku user di dunia digital. Maka biasanya mereka akan kecewa dan kemudian langsung mengatakan bahwa digital marketing merupakan strategi khayalan yang dibuat-buat di era teknologi.

Padahal memang merekanya aja yang tidak menguasai…

2. Digital Marketing Pasti Terukur

Nggak salah sih, tapi kalau bilang pasti 100% ya tidak benar juga.

Terukur iya, tapi tidak semua kegiatan yang bersinggungan dengan digital marketing pasti bisa diukur.

Mengukur performa digital marketing memerlukan pengetahuan tracking yang cukup kompleks. Bahkan meskipun anda menguasai semuanya sekalipun, ada beberapa kasus dimana anda tetap akan menemukan situasi dimana anda tidak bisa mendapatkan data, atau mendapatkan data yang kurang akurat.

Contohnya ketika anda berhadapan dengan browser yang memblokir script, atau berhadapan dengan pengguna iOS 14.5 ke atas. Pengguna-pengguna seperti ini tidak akan pernah bisa anda track. Sehingga data yang anda dapatkan mungkin akan berbeda dengan kenyataan.

3. Digital Marketing Sangat Stabil

Yang namanya dunia digital, pasti rawan disrupsi. Jadi tidak ada ceritanya kalau pakai digital marketing maka pasti 100% aman dari perubahan.

Bahkan di kondisi yang ekstrim, bisa saja apa yang baru anda kuasai hari ini besoknya sudah tidak bekerja lagi. Contohnya? Update iOS 14.5 saja, dimana pengetahuan tracking pixel yang sudah ada selama 10 tahun lebih jadi tidak berguna.

Selain itu, kebijakan dari vendor iklan (seperti Facebook dan Google) juga sering berubah-ubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Anda bisa saja disuruh melakukan suatu hal yang tidak anda mengerti sama sekali. Kasusnya cukup banyak, di Facebook contohnya anda tiba-tiba diminta untuk melakukan verifikasi domain dan menentukan 8 jenis aggregated event measurement di Business Manager.

Atau di Google dimana ada kondisi anda diminta untuk mengimplementasikan enhanced conversions serta melakukan verifikasi bisnis untuk transparansi data pengiklan. Jadi, apanya yang stabil?

4. Digital Marketing Itu Mudah dan Praktis, Tinggal Klik Klik

Ini sama saja seperti menyebut kalau marketing konvensional itu mudah, tinggal ngobrol aja sama orang. Dan anda tentu tahu kenyataannya bagaimana, bukan?

Di digital marketing, anda tidak hanya asal klik-klik di laptop atau HP. Anda memerlukan perencanaan dan analisa yang lengkap, sebelum menentukan dimana anda akan mempromosikan bisnis. Itupun juga belum tentu berhasil, karena anda wajib melakukan A/B testing terlebih dahulu.

Mereka yang punya anggapan seperti ini, seringkali berakhir nahas karena terlalu kelewat percaya diri. Akibatnya, modal yang dikeluarkan terlalu besar dan profit yang dihasilkan hampir tidak ada.

5. Cukup Satu Strategi Untuk Semua Masalah Penjualan

Ini yang paling sering kejadian.

Digital marketing itu ada banyak channel, dan dari masing-masing channel ada strateginya masing-masing juga. Kita ambil contoh saja, channel digital marketing ada SEO, social media, email marketing, SEM, dan banyak lagi.

Lalu kita coba ambil salah satu channelnya, misalnya social media. Di social media sendiri juga ada banyak sekali platform yang tersedia. Ada Facebook, Instagram, YouTube, TikTok, Twitter, dan sebagainya.

Pertanyaannya, mana mungkin bisa 1 strategi untuk semua masalah?

Yang sudah paham, pasti langsung mengiyakan. Tapi bagi yang belum paham, ini bisa jadi masalah.

Karena nantinya bisa ada pikiran-pikiran seperti, apakah dengan Instagram Ads saja maka brand dia bisa langsung melejit plus omzet langsung naik ratusan kali lipat. Ya jelas tidak mungkin.

Jadi, kita realistis aja ya

Bukan berarti digital marketing itu nggak guna. Digital marketing justru bisa membantu pertumbuhan bisnis lebih cepat, dan saya sendiri merupakan salah satu pelakunya.

Tapi ketika anda memperlakukan digital marketing bak holy grail, maka disitulah anda kalah. Karena memang digital marketing itu hanyalah alat, bukan sihir yang bisa memberikan apapun yang anda mau.

Dwinandha Legawa
Digital Marketer focused on Digital Ads since 2019 and He has continuously spread awareness about how Digital Advertising should work for everyone's businesses, also loved to debunk misleading myths, which specialized in Facebook and Google Ads.