Buyer persona sangat penting dalam penentuan perencanaan marketing. Tanpa buyer persona, kita tidak bisa memperkirakan ‘wujud’ user yang berpotensi untuk melakukan interaksi dengan bisnis kita. Di sini, kita akan banyak membahas seputar pengertian dan cara membuat buyer persona, terutama di dalam dunia digital marketing.
Pengertian Buyer Persona
Buyer persona merupakan sebuah analisa yang isinya membahas bagaimana demografi, perilaku, serta ketertarikan dari calon user potensial dari bisnis kita.
Di dalam file analisa buyer persona, anda akan menemukan berbagai macam data seperti:
- Demografi, berisi informasi seputar usia, lokasi, jenis kelamin, profesi, pendidikan, sampai status keluarga. Data demografi bisa membantu anda untuk memahami “fisik” dari audience yang akan ditarget.
- Masalah, berisi informasi dari setiap pain point yang dihadapi oleh user tersebut. Data ini bisa digunakan untuk membantu menemukan apakah solusi yang anda tawarkan dicari oleh manusia yang nyata atau tidak
- Bidang bisnis, data buyer persona juga harus mengandung informasi bidang bisnis, sehingga anda bisa mengetahui bagaimana korelasi user anda dengan layanan/solusi yang anda berikan
- Ketertarikan/kebiasaan, data ini membantu anda untuk mengetahui bagaimana anda akan menjangkau mereka di dunia digital. Mengingat algoritma dunia digital rata-rata menggunakan data kebiasaan
Keempat data di atas adalah data yang paling krusial. Beberapa analis mungkin memberikan data yang lebih banyak, namun keempat itu sudah cukup untuk merencanakan strategi marketing anda.
Bagaimana Cara Kerja Buyer Persona?
Biasanya analisa buyer persona digunakan untuk menentukan hal-hal di bawah ini:
- Brand persona, tidak mungkin ada user casual yang tertarik pada brand yang professional (anggap saja anda adalah anak muda yang mau staycation kecil-kecilan di dalam kota, tidak mungkin beli tiket hotel bintang 5 kan?). Analisa buyer persona anda akan membantu dalam membentuk “wujud” brand anda
- Targeting, jika anda berkutat dalam dunia digital ads, maka targeting anda akan ditentukan berdasarkan dari analisa buyer persona yang sudah dibuat. Misal, jika di informasi buyer persona anda adalah wanita dengan usia 23-30 tahun, tentu targeting anda akan menyesuaikan sesuai data tersebut
- Editorial plan, jika anda menggunakan strategi content marketing, maka analisa buyer persona yang akan membantu anda untuk menentukan apa tema dan feel dari design konten anda
Tentu saja ada lebih banyak lagi aspek bisnis yang bisa dilakukan dengan bantuan buyer persona!
Anggap saja ada kejadian seperti berikut:
Anda merupakan seorang yang menggeluti bisnis jasa digital marketing agency. Tanpa bantuan analisa buyer persona, anda akan kesulitan dalam membidik calon klien yang anda inginkan.
Landing page, konten, sampai ke materi creative ads yang dibuat tidak akan sesuai dengan apa yang seharusnya anda target. Sehingga inkuiri yang didapatkan tidak sesuai, semata-mata karena target audience anda tidak masuk ke materi pemasaran yang anda buat.
Faktanya banyak sekali akun social media yang tidak dilengkapi dengan analisa buyer persona yang solid. Anda bisa mengecek ragam akun social media yang tidak konsisten dalam menayangkan konten beserta iklannya.
Tahapan Membuat Buyer Persona
Nah agar hal di atas tidak terjadi pada anda, maka anda wajib melakukan analisa buyer persona. Lalu bagaimana cara melakukannya?
Pertama, mulailah dari data demografis terlebih dahulu
Untuk mempermudah proses, anda bisa menggunakan klien-klien existing yang sudah menggunakan bisnis anda sebelumnya. Ambil saja 4-5 orang lalu kemudian catat satu per satu. Mulai dari jenis kelamin, usia, pekerjaan, tempat tinggal, dan lain lain (ini juga menjadi alasan mengapa anda harus menyimpan data-data dari pelanggan anda).
Setelah anda memahami bagaimana informasi demografi mereka, lanjutkan dengan melakukan analisa bagaimana mereka mendapatkan masalah. Ini juga bisa membantu anda untuk menemukan brand value proposition yang mungkin tidak anda sadari.
Cari tahu pain point, desire, fear, sampai influence yang mungkin mereka pikirkan. Semakin banyak data yang anda dapatkan, maka semakin baik.
Lalu terakhir coba cari tahu bagaimana mereka menemukan anda. Jika memang klien didapatkan dari referensi, maka anda harus menganalisa pemberi referensinya, bukan si klien tersebut. Apabila didapatkan dari orang terdekat, maka lewati. Karena dapat menimbulkan bias.
Anda juga bisa melakukan interview langsung untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Namun, tidak semua orang akan nyaman untuk di-interview dengan pertanyaan sepanjang dan seberat itu (jawaban yang didapat berpotensi bias). Anda perlu menyesuaikan pembicaraan agar interview berjalan lebih ringan.
Jangan bikin seller persona ya…
Seringkali analisa buyer persona berakhir menjadi analisa owner persona karena banyaknya bias dari business owner yang melakukan analisa tersebut.
Kesalahan ini terjadi ketika mereka melakukan analisa berdasarkan apa yang mereka sukai bukan dari apa yang buyer sukai. Tentu analisa ini tidak akan valid, dan tidak bisa digunakan sebagai dasar untuk mengeksekusi strategi marketing. Karena memang wujud buyer-nya tidak nyata alias khayalan.
Tidak Sulit Bukan?
Di awal mungkin anda akan bingung. Tapi setelah menulis 1 dan 2 data, biasanya anda akan mulai terbiasa. Kumpulkan data sebanyak mungkin yang anda bisa, dan lakukan review secara rutin untuk memastikan bahwa data buyer persona anda masih relevan terhadap strategi bisnis yang anda jalankan.
Ingat, perilaku pasar bisa saja berubah. Tidak ada data yang bisa valid selamanya.