Edward Deming, Mentor Industri Manufaktur Jepang

Artikel ini terakhir di perbaharui May 27, 2021 by Yoko Widito
Edward Deming, Mentor Industri Manufaktur Jepang

Di tahun 90-an Jepang adalah raja dalam industri manufaktur. Kalau kita pergi ke toko elektronik, yang kita temukan melulu produk-produk buatan Jepang, atau bermerek Jepang. Demikian pula, jalan raya dipenuhi oleh kendaraan buatan Jepang. Industri otomotif Amerika waktu itu kewalahan. Pasar mereka dibanjiri oleh produk Jepang, tapi mereka tak kunjung bisa menembus pasar Jepang.

Semua itu tidak terjadi dengan tiba-tiba, tentu saja. Sebelum Perang Dunia II Jepang sudah menjadi negara Industri. Peralatan perang seperti kapal, pesawat tempur, tank, dan mobil sudah bisa mereka produksi sendiri. Pasca perang, Jepang luluh lantak. Amerika membantu dengan Marshal Plan. Yang diberikan Amerika tidak hanya dana untuk membangun infrastruktur, tapi juga teknik dan pengetahuan untuk membangun manusia.

Sekali lagi, industri Jepang sudah ada sebelum Perang Dunia II. Pasca perang industri itu hendak diaktifkan. Ternyata ada begitu banyak masalah yang bersifat intrinsik. Orang-orang Jepang belum bisa membuat produk yang bermutu baik. Mereka belum bisa membangun sistem jaminan mutu. Dalam situasi itulah Edward Deming berperan.

Edward Deming adalah seorang intelektual dengan kecerdasan di berbagai bidang. Ia adalah seorang ilmuwan, profesor di sebuah universitas. Tapi dia juga seorang engineer, ahli statistik, dan yang langka, ia seorang konsultan manajemen. Deming lulus dari jurusan teknik elektro, tapi gelas pasca sarjana ia raih dalam bidang matematika dan fisika. Berbasis pada ilmu matematika dan fisika itu ia merumuskan konsep-konsep manajemen industri.

Deming terpengaruh sangat kuat oleh Walter Shewart dari perusahaan telepon Bell. Shewart membangun konsep yang menggunakan metode statistik untuk mengontrol proses produksi dan kendali mutu. Terinspirasi oleh Shewart, Deming membangun metode statistik untuk manajemen dan produksi. Konsep Shewart tadi diperluas oleh Deming, tidak hanya untuk industri manufaktur, tapi untuk manajemen secara umum.

Sekarang kita mengenal siklus Plan-Do-Check-Action atau PDCA, sebuah konsep yang jamak dikenal orang dalam praktik manajemen. Konsep ini adalah evolusi dari siklus Shewart yang dikembangkan oleh Deming.

Kontribusi Deming di Jepang dimulai dari konferensi yang diselenggarakan di Tokyo dan Hakone tahun 1950, di mana Deming menyampaikan pidato dengan judul “Statistical Product Quality Administration”. Dalam pidato itu ia menjelaskan konsep baru soal bagaimana mutu produk dikendalikan secara ilmiah, berbasis ilmu statistik. Itu sesuatu yang tidak dimiliki oleh Jepang saat itu. Industri Jepang sedang bergelut dengan masalah rendahnya mutu produk dan berulangnya kesalahan yang membuat produksi tidak efisien.

Selain itu Deming juga memberi pengaruh pada peningkatan mutu produk yang dimulai dari proses desain. Dengan metode statistik ia memperkenalkan stabilitas mutu produk. Ia juga memperbaiki standar mutu dengan memperbaiki sistem pengujian baik di jalur produksi maupun di laboratorium riset. Bahkan ia memberikan pengaruh pula pada pengembangan pasar dengan mengajarkan industri Jepang untuk menembus pasar global.

Berbekal ilmu dari Deming itu pemerintah dan pengelola industri bergerak melakukan perbaikan. Dari situlah lahir konsep “kaizen” yang kini menjadi semacam “merek dagang” industri manufaktur Jepang.

Deming begitu dihormati di Jepang. Ia mendapat penghargaan Zihosho Nito (Order of The Sacred Treasure Second Class) dari Kaisar Hirohito. Tidak hanya itu. Nama Deming diabadikan sebagai nama penghargaan untuk industri yang berhasil mengembangkan inovasi dalam sistem manajemen, yaitu Deming Prize.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.