Investasi Apa yang bagus?

Artikel ini terakhir di perbaharui February 26, 2021 by Yoko Widito
Investasi Apa yang bagus?

Saya sering ditanya soal itu. Saya tidak punya jawaban. Saya bukan pakar investasi. Tapi soalnya bukan itu. Jawaban saya tak penting, kalau Anda mau bertanya soal investasi apa yang bagus. Jawaban siapa pun tak penting.

Apa sih investasi? Anda menanamkan uang untuk dipakai melakukan bisnis. Dari bisnis itu dihasikan keuntungan. Ada keuntungan yang jadi bagian pengelola, ada yang jadi bagian Anda sebagai investor.

Investasi apa yang bagus? Semua investasi bagus. Tanah, properti, rumah kos, saham, reksadana, deposito, surat berharga, logam mulia, kebun. Semua bagus, kalau menguntungkan. Tapi coba periksa, adakah orang yang rugi dalam berinvestasi? Banyak! Setiap investasi bisa merugikan. Itulah yang disebut risiko. Setiap investasi ada risiko rugi.

Bagaimana agar tidak rugi? Nah, itu yang penting. Banyak orang salah kaprah soal investasi. Mereka mengira berinvestasi itu cukup dengan menaruh uang dalam suatu bentuk investasi, nanti uangnya akan menyetor keuntungan. Itu salah besar. Setiap investasi perlu dikelola, agar menghasilkam keuntungan. Perhatikan bahwa besar kecilnya keuntungan investasi sebenarnya tidak terlalu tergantung pada jenis investasi, tapi pada pengelolaannya.

Bagaimana, misalnya, agar investasi properti bisa menguntungkan, tergantung seberapa paham seorang investor soal bisnis itu. Demikian pula investasi lain seperti rumah kos, toko, saham, logam mulia, dan sebagainya. Nah, poin ini yang harus diingat dulu. Berinvestasi itu harus didahului dengan investasi intelektual, yaitu belajar. Kalau Anda tidak sanggup belajar, maka berinvestasilah dengan cara yang aman, yaitu deposito. Hanya saja, hasilnya tak seberapa.

Apa yang harus dipelajari? Itu tergantung seberapa dalam Anda akan terlibat mengelolanya. Prinsipnya, semakin dalam keterlibatan Anda, makin besar laba yang Anda terima. Itu sebenarnya sama seperti orang berbisnis pada umumnya. Kalau ia tidak terlibat, hanya menyerahkan uang, ia harus membayar ongkos pengelolaan bisnis itu.

Misalnya, Anda membangun/membeli rumah kos. Anda harus mencari lokasi yang strategis. Kalau perlu, Anda membangun sendiri rumahnya, dalam arti memakai jasa kontraktor untuk membangun, bukan membeli bangunan jadi. Setelah itu, Anda harus mencari penghuni, menagih, memberi layanan, merawat bangunan, dan sebagainya. Semua bagian itu memerlukan pengetahuan. Tanpa pengetahuan memadai, Anda akan membeli rumah kos dengaj harga tinggi, dengan prospek pemasaran yang tidak bagus. Akhirnya, Anda rugi, bukan untung.

Investasi apartemen juga begitu. Tidak sedikit orang yang membayar untuk membeli apartemen, tapi tidak mendapatkannya, karena ditipu developer. Ada pula yang membeli apartmen, yang akhirnya kosong tanpa penyewa, dan harganya merosot.

Saham? Banyak orang kehabisan uang, jebol karena bermain saham. Orang tergiur dengan laba besar, tanpa kerja banyak. Ada teman posting cuan di media sosial, dia tergoda. Lalu ikut main. Ambrol. Banyak yang seperti itu. Yang posting dapat cuan di media sosial biasanya tidak posting saat dia rugi. Akibatnya, yang terlihat adalah main saham selalu cuan.

Jadi, apa yang penting dalam berinvestasi? Yang penting bukan berinvestasi di mana, tapi seberapa jauh Anda sanggup terlibat dalam mengelola investasi itu. Kalau belum tahu ilmunya, ukur dulu seberapa jauh Anda sanggup belajar. Kalau sanggup belajar, maka belajarlah dulu sebelum masuk. Kalau tidak sanggup belajar, maka Anda harus menyerahkan pengelolaannya kepada orang yang punya ilmu. Tentu saja dengan begitu pendapatan investasi Anda jadi lebih rendah.

Kalau Anda tidak sanggup belajar saham, misalnya, berinvestasilah melalui reksadana saham. Di situ Anda tidak perlu pusing memilih mana saham yang akan dibeli. Biar pengelola reksadana yang melakukannya. Kalau Anda punya properti, Anda bisa menyerahkannya untuk dikelola rental management. Mereka akan mengurus semuanya. Dalam hal itu Anda tetap dituntut untuk jeli menilai pengelola investasi tersebut. Jangan sampai investasi Anda dihabiskan oleh mereka.

Bagaimana dengan emas? Banyak orang menganggap emas itu bukan investasi, tapi hanya menabung. Emas tidak menghasilkan laba. Keuntungan didapat hanya dari selisih harga, saat harganya naik. Ini soal kriteria saja. Bukan berarti membeli emas tidak menguntungkan. Namun, sesuai definisi tadi, emas tidak menghasilkan laba usaha. Demikian pula halnya dengan valuta asing.

Jadi, sekali lagi, yang harus diingat adalah bahwa berinvestasi itu harus belajar. Kalau Anda bertanya pada orang soal investasi, bertanyalah dengan maksud belajar mengelolanya. Untung atau rugi ditentukan oleh pengelolaan. Artinya, pertanyaan soal apa bentuk investasi tidak terlalu penting. Pertanyaan seperti itu cenderung menghasilkan perilaku meniru saja. Ingat, banyak orang rugi besar karena meniru tanpa ilmu.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.