Perbedaan Manajer dan Pemimpin

Artikel ini terakhir di perbaharui October 28, 2021 by Yoko Widito
Perbedaan Manajer dan Pemimpin

Manajer dan pemimpin adalah 2 karakter dalam 1 sosok. Seorang manajer harus sekaligus bisa berperan sebagai pemimpin. Sebaliknya, seorang pemimpin juga harus bisa berperan sebagai manajer. Kenapa dibedakan? Karena cara kerja keduanya berbeda. Apa bedanya? Untuk bisa memahami perbedaan antara manajer dan pemimpin, akan lebih mudah kalau kita memahami perbedaan manajemen dan kepemimpinan.

Manajemen adalah serangkaian proses, berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan. Mulai dari penetapan tujuan, menyusun rencana, mengorganisasi sumberd daya, memberi perintah dan arahan, melakukan kontrol, dan koordinasi. Manajemen adalah mengelola kerja-kerja untuk mencapai tujuan. Memastikan setiap kerja yang dilakukan terarah pada tercapainya tujuan. Artinya, mengelola pekerjaan agar berlangsung secara efisien. Objek manajemen adalah pekerjaan.

Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang-orang untuk meyakini suatu nilai atau tujuan, bergerak melakukan sesuatu, untuk mencapai tujuan itu. Objek kepemimpinan adalah orang. Kegiatan utamanya adalah memberi pengaruh yang mendorong orang untuk bergerak. Tentu saja bukan sekadar bergerak, tapi bergerak ke arah tertentu, dengan ritme tertentu.

Tujuan dalam konteks kepemimpinan sedikit berbeda dengan tujuan dalam manajemen. Dalam manajemen tujuannya bersifat pragmatis dan jangka pendek. Tujuan dicapai ketika pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan mendatangkan hasil sesuai harapan. Dalam hal kepemimpinan, tujuan bersifat jangka panjang. Tujuan tercapai ketika organisasi sudah berubah, melakukan transformasi dari suatu keadaan ke keadaan yang lain.

Manajer bekerja menangani persoalan harian. Ia adalah administrator yang bekerja memastikan yang harus dilakukan benar-benar terlaksana. Ia juga harus memastikan pekerjaan-pekerjaan itu terlaksana sesuai aberpikir turan yang sudah ditetapkan. Tentu saja ia juga harus bekerja untuk merumuskan aturan-aturan, agar pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara sinkron.

Pemimpin berpikir menentukan arah jangka panjang, dan mengkomunikasikan arah itu, sehingga setiap orang dalam organisasinya memandang ke arah itu dan menuju kepadanya. Ia juga harus berpikir soal hal-hal baru, melakukan inovasi, membawa perubahan-perubahan. Manajer bertugas melakukan rutinitas, pemimpin justru harus merombak rutinitas itu.

Sekilas tampak seperti ada pertentangan antara manajer dan pemimpin. Sebenarnya tidak. Konsepnya adalah, seorang manajer tidak boleh terjebak pada rutinitas. Ia juga harus melihat jauh ke depan. Maksudnya, jangan sampai terjebak pada kerja-kerja jangka pendek saja. Jangan sampai kerja-kerja itu hanya membuat organisasi berputar-putar di suatu tempat, tidak menuju ke suatu arah.

Sebaliknya, pemimpin tidak boleh hanya melihat jauh ke depan. Ia harus melihat situasi jangka pendek. Visi ke depan tidak akan pernah tercapai kalau berbagai situasi jangka pendek tidak dikelola dengan baik. Anda mungkin pernah melihat pemimpin dengan berbagai visi besar, namun tidak membuat apa-apa. Itu terjadi karena pemimpin itu bukan seorang manajer. Ia tidak sanggup mengelola pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan untuk mewujudkan visinya tadi.

Di tingkat manajer menengah sosok manajer dan pemimpin itu berimpit. Seorang manajer harus memerankan keduanya secara bergantian dalam rentang waktu yang pendek-pendek, sehingga nyaris bersamaan. Ketika seseorang naik ke jenjang yang lebih tinggi dalam hirarki organisasi, peran kepemimpinannya akan lebih menonjol. Kerja-kerja manajemen akan lebih banyak dilakukan oleh orang-orang di bawahnya. Namun bukan berarti ia meninggalkan sama sekali perannya sebagai manajer. Ia tetap harus menjalani siklus manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, kontrol, dan koordinasi tadi. Tanpa itu, visinya hanya akan jadi rumusan di atas kertas belaka.

Kunci sukses pemimpin terletak pada kemampuannya menerjemahkan visinya menjadi rencana kerja yang bisa dieksekusi, dan membuat orang-orang bergerak mengeksekusinya secara tuntas. Kalau visi tidak sanggup diterjemahkan menjadi kerja-kerja yang dieksekusi, itu hanya visi kosong. Pemimpin yang telah matang sebagai manajer tahu bagaimana merumuskan visi yang bisa diwujudkan menjadi nyata. Pemimpin yang bukan manajer hanya bisa berbicara yang indah-indah saja.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.