Membangun Bisnis Kecil

Artikel ini terakhir di perbaharui May 27, 2021 by Yoko Widito
Membangun Bisnis Kecil

Saya belum jadi pebisnis. Saya sedang memulai sebuah bisnis kecil. Saya masak rendang, lalu saya jual. Dari perjalanan yang masih singkat ini saya belajar, kemudian menyimpulkan apa yang saya pelajari itu. Saya kombinasikan dengan pengalaman saya mengurus industri manufaktur, sebagai karyawan perusahaan.

Saya selalu ingat dengan wejangan sahabat saya, almarhum Nukman Luthfie, seorang enterpreneur. “Jangan terjun ke bisnis sebelum kamu tahu cara menjual produknya.” Ya, bisnis baru jalan kalau kita bisa menjual produk. Tanpa penjualan, tidak ada bisnis. Tahu cara menjual produk artinya, tahu kebutuhan pasar, kemudian membuat produk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan itu. Cara lain adalah terhubung dengan pasar. Pasar adalah kerumunan orang-orang yang memiliki kebutuhan. Kita harus mencari jalan agar bisa terhubung dengan kerumunan itu.

Salah satu yang jadi tren sekarang adalah kerumunan virtual di media sosial. Banyak orang mencoba membuat produknya viral, artinya berinteraksi dengan banyak orang di media sosial. Salah caranya dengan memanfaatkan jasa orang-orang yang punya pengaruh, atau biasa dikenal dengan influencer. Cara ini terlihat mudah, tapi mungkin tidak murah. Anda bisa menempuhnya kalau Anda punya anggaran untuk membayar influencer. Tapi Anda bisa membangun interaksi sendiri di media sosial. Cara ini butuh waktu, tapi selain murah, juga membuat kemampuan marketing Anda meningkat.

Dalam hal saya, terus terang, sisi ini terasa agak mudah. Saya punya sekitar 130 ribu orang yang berinteraksi dengan saya di Facebook. Ini adalah media interaksi yang cukup besar bagi bisnis kecil. Saya merasakan efek itu dari larisnya produk saya. Tapi saya tidak menjadikan itu sebagai sesuatu yang saya anggap berkah atau taken for granted. Tetap perlu ada strategi untuk memasarkan produk dengan baik. Meski punya follower banyak, saya tidak mau melakukan hard-selling di Facebook. Saya promosikan produk saya dengan posting-posting berisi cerita inspiratif. Dari catatan interaksi di Facebook, ada jauh lebih banyak orang yang menyukai tulisan promosi soft selling itu ketimbang yang membeli. Itu suatu hal yang positif. Promosi saya tetap bermanfaat meski orang belum membeli. Suatu saat mereka akan membeli.

Pemasaran tentu bukan satu-satunya hal yang harus diperhatikan. Pemasaran adalah soal bagaimana calon konsumen terpapar pada informasi soal produk kita, lalu mereka membeli. Soal selanjutnya adalah apakah produk itu memenuhi kebutuhan mereka secara memuaskan. Inilah justru bagian terpenting dari bisnis kita, yaitu membuat produk yang memenuhi kebutuhan konsumen secara memuaskan. Kalau konsumen puas, mereka akan membeli lagi, dan menjadi pelanggan tetap (repeater). Bisnis baru bisa berjalan kalau kita punya banyak pelanggan tetap. Kalau tidak, bisnis akan segera mati.

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh mutu produk, baik yang berupa substansi produk maupun kemasannya. Kemasan bukan hal sepele. Dalam banyak kasus kemasan berperan sebagai penjaga mutu produk. Kemasan rusak, mutu produk bisa langsung anjlok. Di sisi lain, kemasan adalah lapis pertama pada interaksi antara konsumen dengan produk kita.

Banyak waktu, tenaga, dan uang, yang diperlukan untuk membuat produk dan kemasan yang bermutu. Dalam hal inilah fungsi riset berperan. Proses ini tidak boleh dilakukan hanya dengan coba-coba. Harus ada langkah sistematis untuk memastikan setiap percobaan mengantarkan kita pada kemajuan. Saya punya latar belakang riset, dan memanfaatkan ilmu serta pengalaman riset saya di bisnis yang sedang saya bangun.

Yang juga sangat penting adalah sistem pelayanan pelanggan. Sekarang sistem layanan bisa dipermudah dengan komputer. Tapi ingat, komputer hanya alat. Yang menentukan kualitas layanan tetaplah manusia. Hanya manusia dengan komitmen tinggi terhadap pelayanan yang bisa meemberikan pelayanan yang baik. Tapi komitmen saja tidak cukup. Pengetahuan dan keterampilan sangat penting.

Memulai bisnis sebenarnya adalah proses belajar yang panjang. Bisnis membesar artinya Anda naik kelas untuk belajar lebih banyak lagi, dan mempelajari hal-hal yang jauh lebih sulit.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.