Revolusi Pendidikan dan Inovasi Teknologi

Better three hours too soon than a minute too late. Shakespeare.

Artikel ini terakhir di perbaharui February 29, 2024 by Joe Handaya
Revolusi Pendidikan dan Inovasi Teknologi

Peristiwa pagebluk Covid-19, boleh jadi adalah waktu yang tepat untuk membuat publik melek akan atribut inovasi teknologi. Salah satunya teknologi rapat daring yang saat ini di mamfaatkan dalam pekerjaan begitu masifnya di negara kita akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).askebeger for utendørs bruk männer hosen mit seitentaschen harvest frost skjorter harvest frost skjorter sacoche ordinateur hugo boss caperucita roja bebe shock plateau schoenen shock plateau schoenen shock plateau schoenen caperucita roja bebe harvest frost skjorter cep compression sokker cep compression sokker askebeger for utendørs bruk cep compression sokker Interaksi daring ternyata cukup efektif untuk tetap produktif menjalankan perusahaan dan berbagai aktivitas publik.

Pertanyaannya sekarang, apakah ini juga efektif di terapkan dalam skala besar di bidang pendidikan? Jawabannya: sangat mungkin dan relevan. Menghadapi tantangan global dengan lompatan inovasi teknologi eksponensial yang telah merubah tata cara bekerja, model perusahaan, perilaku organisasi dan berbagai bidang lainnya, bolehlah kita sebut inovasi teknologi menjadi pelopor dan daya ungkit pendidikan modern, jika bangsa kita serius mengadaptasi pendidikan daring menjadi sebuah kebijakan nasional, mengingat wilayah Indonesia juga sangat luas dan masih banyak ketimpangan kualitas pendidikan.

Tidak perlu menunggu badai pandemi Covid-19 berlalu, pemerintah khususnya kementerian pendidikan perlu serius menyikapi hal tersebut, bahwa inovasi pendidikan daring menjadi upaya strategis dalam optimalisasi kualitas pendidikan. Kesempatan itu semakin terbuka lebar, mengingat program Palapa Ring yang merupakan jaringan serat optik nasional telah mengkoneksikan 34 propinsi dan 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.

Bercermin dari alokasi anggaran pendidikan yang memiliki postur anggaran terbesar di negara kita dan mencapai 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu sekitar Rp 492,5 triliun pada tahun 2019 dan meningkat menjadi Rp 505,8 triliun tahun ini, sudah harus di pikirkan kembali dengan serius, bagaimana mengalokasikan dana jumbo tersebut agar mengadaptasi proses belajar menjadi daring sehingga menjangkau warga lebih luas lagi untuk turut berpartisipasi dalam pendidikan tanpa kehilangan kualitasnya.

Hal tersebut harus segera di realisasikan, mengingat skor indeks pendidikan Indonesia berdasarkan Programme for Internasional Students Assesment (PISA) kita masih kalah jauh dari negara Vietnam (22) dengan mengkomparasi anggaran pendidikan yang tidak berbeda jauh. Indonesia masih berada pada peringkat 67 dari 72 negara (2019).

budaya literasi indonesia

Karena itu, di butuhkan solusi progresif serta terobosan dalam memecahkan kebuntuan bagi kaum terdidik sehingga lebih mampu dalam menghadapi dinamika perubahan zaman yang identik dengan inovasi teknologi sehingga lebih produktif dan memiliki daya saing mumpuni. Setali tiga uang, para stoke holder pendidikan juga harus agility menyesuaikan diri dengan perangkat pendukung teknologi agar tidak gagap dalam praktik.

Kemajuan peradaban yang terkoneksi dengan inovasi teknologi saat ini tidak dapat terbendung lagi. Inovasi teknologi telah menjadi lokomotif raksasa dalam perubahan sosial, bukan lagi isapan jempol belaka.

Selain itu, proses teknologi digitalisasi di bidang pendidikan tentu saja juga banyak menghemat banyak hal. Dari kertas ujian, laporan sekolah, buku dan banyak lagi. Namun, teknologi inovasi digitalisasi tentu bukan terutama perihal bagaimana pihak sekolah dan kampus menghemat anggaran, ini juga lebih mengenai pendidikan yang berfokus pada sistem pedagogi. Harus ada penyesuaian di berbagai lini pendidikan.

Kita juga harus sadari, anak zaman now yang hidup di era internet sangat identik dengan perangkat teknologi sehingga cenderung sulit lepas dari kecepatan, kemudahan, kolaboratif dan keterhubungan. Saat ini efisiensi dalam hal waktu sangat menjadi prioritas dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Orang-orang akan bosan dan cepat beralih, jika informasi dan pengetahuan terlalu lama di temukan dan tidak relevan bagi keseharian bahkan dunia kerja.

Internet merupakan sebuah revolusi inovasi teknologi, di mana pendidikan harus segera memamfaatkannya sehingga pembelajaran yang memakan jam belajar terlalu lama dapat di kurangi tanpa kehilangan mutu. Para guru dan pendidik harus memberikan ruang dan akses aktualisasi diri bagi anak didik dalam memahami pengetahuan sehingga topik pembelajaran lebih efisien dan to do point.

sistem pendidikan di finlandia

Pembelajaran dengan strategi seperti ini juga akan mempermudah anak didik menganalisa, membandingkan, dan memberikan umpan balik kepada pengajar sehingga akan terbuka kemungkinan interaksi belajar yang lebih hidup dan menantang. Inilah model pembelajaran dua arah yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas lulusan menjadi lebih progresif dan Open minded. Negara-negara maju seperti Amerika serikat, Finlandia, Jerman, Inggris, Korea Selatan, Jepang dan banyak negara maju lainnya menyadari pentingnya model pembelajaran tersebut. Dan, hasilnya menjadikan negara tersebut terus memimpin perkembangan inovasi di berbagai bidang.

Keterhubungan tentu saja terkait dengan kolaborasi antar anak didik. Dengan memberikan dorongan kepada mereka untuk bersama- sama saling mendukung menguasai ilmu pengetahuan. Sudah saatnya sekolah memusatkan perhatian pada kebutuhan anak didik. Para guru dan pendidik zaman sekarang, harus lebih dinamis memahami karakter generasi yang hidup pada era internet dan terus mengasah kompetensi diri dalam teknik pengajaran agar metode satu arah yang terkesan ceramah, harus segera di tinggalkan karena akan membuat anak didik menjadi bosan dan sekedar menghafal saja hanya karena ingin lulus ujian akhir.

Dalam ruang belajar, para guru dan pengajar mulai memotivasi para anak didik untuk lebih mencintai pengetahuan, membuat mereka penasaran dan menciptakan suasana yang membuat antar mereka bersemangat menemukan hal-hal baru sekaligus mengejutkan dalam pelajaran ataupun mata kuliah.

Interaksi antar para pengajar dan anak didik tidak lagi hanya sekedar memenuhi jam pelajaran dan memberikan latihan yang cenderung membuat para anak didik selalu ingin cepat pulang karena tidak ada hal yang membuat mereka bergairah, mengapa mereka harus mempelajari sebuah ilmu yang menurut mereka tidak berguna dalam hidup.

Budaya mengajar yang menitikberatkan pada interaktif yang kolaboratif & eksperimen inilah yang nantinya di era puncak bonus demografi tahun 2030 akan menciptakan generasi baru yang cerdas, berkompetensi, & berkarakter sehingga menciptakan manusia Indonesia yang unggul dan siap bersaing secara global. Seperti kita tahu, bonus demografi menciptakan perubahan struktur usia produktif lebih dari 190 juta jiwa dari proyeksi penduduk 300 juta tahun 2030, yang sebagian besar adalah kaum muda yang berusia 15 hingga 34 tahun, karena itu sangat urgen jika budaya mengajar harus segera beradaptasi dengan dinamika zaman, mengingat pola hidup generasi sekarang sangat menggandrungi perangkat teknologi dan berbagai kanalnya yang identik dengan kolaborasi dan sharing.

Kelas Daring Menjadi Solusi Kompetensi Unggul’

kelas daring

Dalam hal pemerataan pendidikan, memang jika kita perhatikan beberapa universitas seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Bina Nusantara, dan beberapa kampus telah beradaptasi dengan membuka kelas daring, namun belum terlihat begitu menggembirakan, karena belum menjadi fokus kebijakan pemerintah, sehingga universitas di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 4600 dan ratusan politeknik belum banyak membuka pembelajaran daring. Tidak heran, indeks daya saing Indonesia tahun 2019 masih terlihat muram, berada pada peringkat 50 dari 140 negara yang di rilis oleh World Economic Forum (WEF), dan masih cukup kalah jauh dari negara tetangga Malaysia (27) , Thailand (40).

Proses perubahan inovasi digitalisasi pendidikan jangan sampai pula di salah artikan hanya sekedar penghematan kertas dan efisiensi di dunia pendidikan tapi lebih membangun wujud pribadi anak didik yang lebih berkarakter serta memiliki soft skills mumpuni menjawab kebutuhan dunia kerja masa depan.
Kita melihat juga di Indonesia, program peningkatan kompetensi profesi masih terlihat begitu minim dan juga masih cenderung training atau pembelajarannya harus hadir secara fisik. Padahal, jika kita berkaca pada sistem pembelajaran Massive Open Online Courses (MOOC) yang saat ini menjadi solusi atraktif menembus budaya pembelajaran fisik.

Telah banyak negara yang mempraktikkan sistem tersebut. Bahkan sekelas Harvard dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) telah sangat serius membuka kelas-kelas interaktif online! MOOC secara signifikan mampu menjadi daya ungkit pembelajaran model baru dan cukup strategis membangun laju produktivitas bagi setiap pekerja yang mandek dalam profesinya.Untuk di Indonesia, model pembelajaran MOOC untuk peningkatan kompetensi soft skill telah di inisiasi oleh platform Indonesia X, Arkademi, Binar Academy, namun masih belum cukup banyak variasi jurusan kursus yang di kembangkan. Ini menjadi catatan penting bagi pegiat pendidikan bangsa untuk segera mewujudkan lembaga terkait agar generasi penerus mampu memiliki daya saing mumpuni menghadapi persaingan global.

Membaca Tuntutan Zaman

Membaca Tuntutan Zaman

Kita tahu, arus informasi dan pertukaran budaya akan menjadi terbuka lebih lebar yang di sebabkan tren globalisasi. Inilah tantangan para pendidik di zaman abad teknologi informasi. Sudah saatnya paradigma pendidikan baru, meneropong kebutuhan zaman dan mulai serius membuka jurusan seperti Internet Of Things, artificial intelligence, big data, robotika, yang saat ini fungsi inovasi teknologinya telah banyak di terapkan bagi efektivitas kebijakan strategis perusahaan dan pemerintahan banyak negara.

Bangsa kita perlu bergegas menyesuaikan perkembangan teknologi tersebut jika tidak ingin di kuasai asing. Tidak cukup lagi sekedar mengandalkan kekuatan jargon sumber daya alam ataupun ribuan pulau. Hal tersebut bukanlah potensi yang menjadi harapan. Bangsa ini harus segera mencetak sumber daya manusia berkualitas yang paham akan tren teknologi masa depan agar kendali sumber daya dapat optimal di berdayakan bagi kemajuan masyarakat.

Berubah atau Tertinggal

Berubah atau Tertinggal

Gaya mendidik dan pembelajaran pun tentu saja berubah menyesuaikan kebutuhan dan tuntutan zaman, karena jika hal tersebut tidak terlaksana, lembaga pendidikan hanya akan sekedar penyalur ilmu konvensional yang hanya kokoh berdiri bagai menara gading, tidak dapat tersentuh , bukannya menjadi pelopor serta driven kemajuan ilmu pengetahuan serta peradaban bagi anak bangsa agar bersiap menghadapi tantangan masa depan yang kian sulit di proyeksi akibat kemajuan teknologi.

Semoga bangsa kita segera menangkap peluang dan kesempatan ini secepat mungkin, sehingga maklumat memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang termaktub dalam UUD 45 kian menjadi kenyataan.

Kita tentu saja masih ingat akan pesan dari seorang tokoh dunia, Nelson Mandela yang mengatakan : “ Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh yang bisa di gunakan mengubah dunia”. Kalau pendidikan mampu mengubah dunia , tidak ada kata acuh dan lamban mengubah sistem pendidikan bangsa kita agar di masa depan, anak bangsa lebih kompetitif menghadapi gejolak global yang kian menantang secara geoekonomi dan politik. Mau sampai kapan, bangsa kita tertinggal?

Bukankah “Dengan ilmu kita menuju kemulian” seperti yang pernah di sampaikan bapak pendidikan bangsa, Ki Hadjar Dewantara? Ad astra per aspera. Menuju bintang dengan kerja keras.

Bery M.
Menulis di berbagai media daring nasional dan daerah mengenai isu sektoral, demografi, startup dan sosial. Saat ini menggeluti dunia pemasaran, khususnya branding, dan belakangan sedang mengembangkan beberapa Aplikasi.