Meningkatkan Konversi dengan Strategi Email Marketing

Artikel ini terakhir di perbaharui March 8, 2024 by Yoko Widito
Meningkatkan Konversi dengan Strategi Email Marketing

Email marketing merupakan salah satu channel digital marketing yang berfokus pada retention atau merawat customer yang sudah ada. Bahkan mungkin tidak sepenuhnya masuk dalam digital marketing, tapi lebih ke customer relationship management (CRM), berada di tingkatan yang sama dengan in-app notification.

Tapi di sini kita tidak sedang berdebat tentang email marketing masuk ke channel apa. Di sini kita akan membahas bagaimana cara mengoptimalkan strategi email marketing dan mendapatkan konversi dari sana.

Cara Kerja Email Marketing

Namanya saja “email marketing”, berarti ya marketing dengan menggunakan email.

Di jaman dulu, mungkin email marketing tidak begitu efektif. Mengingat email masih belum dimiliki oleh semua orang, bahkan fungsi email bisa dibilang tidak begitu jelas. Kalau dibilang bisa digunakan untuk komunikasi, jaman dulu pakai skype atau Yahoo Messenger jelas jauh lebih efektif.

Jadi sebenarnya kurang tepat kalau mendefinisikan email sebagai “channel untuk berkomunikasi”, sejauh ini hanya B2B saja yang menggunakan email untuk saling berkomunikasi. B2B menggunakannya karena masalah professionalisme di dunia bisnis.

Namun akan sangat berbeda jika kita berbicara tentang daily life, dimana professionalisme bukan hal yang utama.

Email sekarang = identifier user

Apalagi semenjak dunia smartphone menyerang, setiap orang pasti dituntut untuk memiliki email. Email digunakan sebagai sarana untuk login ke ponsel, pengaman akun (seperti otentikasi akun facebook), tempat backup kontak, backup foto, dan sejenisnya. Jarang sekali terlihat ada orang yang menggunakan email sebagai alat komunikasi.

Contoh Email Marketing

Karena itu fenomena ini menjadi ide untuk strategi marketing baru

Karena sifatnya sekarang sebagai user identifier, email marketing banyak digunakan untuk mengirimkan notifikasi, pemberitahuan, dan newsletter. Email juga dikaitkan dengan user ID tertentu di aplikasi, dan kemudian dijadikan segmentasi audience berdasarkan apa yang mereka lakukan.

Step By Step Email Marketing

1. Tentukan Dulu Bagaimana Anda Mendapatkan Email-nya

Sebelum anda memulai email marketing, pastikan anda sudah menentukan bagaimana cara mendapatkan email customer. Beda metode pengumpulan, beda juga metode follow up nya.

Misalnya, anda mengumpulkan data email dari sign up webinar. Tentu saja anda tidak bisa mengirimkan campaign yang tidak berhubungan dengan webinar anda. Karena selain tidak relevan, anda juga melakukan pelanggaran data pribadi.

2. Selalu Segmentasikan Customer yang Melakukan Action dan Atribut Tertentu

Kalau kita mengambil dari contoh di atas (email sign up webinar), maka ada beberapa kemungkinan yang bisa diambil:

  1. Peserta sign up dan mengikuti webinar
  2. Peserta sign up, mengikuti webinar, dan bahkan melakukan konversi dari webinar tersebut (misalnya membeli e-book atau ikut serta ke komunitas)
  3. Peserta sign up namun tidak mengikuti webinar

Ketiga segmen ini tentu memiliki pain point masing-masing. Tidak afdol kalau dikirimkan materi yang sama. Contohnya, kalau anda mengirimkan materi tentang penjualan e-book ke audience nomor 2, tentu saja mereka tidak akan relate karena mereka sudah membeli buku tersebut.

Segmentasi Email Marketing
Contoh Segmentasi Email Marketing Berdasarkan Aktivitas User

3. Perhatikan Design Email yang Akan Digunakan

Design email memegang andil dalam menentukan seberapa besar interaksi yang akan anda dapatkan. Jika desainnya tidak begitu baik, atau bahkan berantakan, bisa dipastikan anda tidak akan mendapatkan interaksi dari user.

Hukumnya masih sama dengan desain-desain pada umumnya: jangan dibuat ruwet, spesifik, dan ber-alur. Kalau anda mendesain email anda untuk mendapatkan pembelian e-book, fokuskan saja ke sana dan jangan bikin yang macam-macam. Biar saja user convert di e-book dulu, baru nanti lakukan strategi upselling setelahnya.

4. Definisikan Konversi Email (Bukan Konversi Bisnis!)

Konversi email beda dengan konversi bisnis. Maksudnya begini:

Click CTA ke landing page penjualan e-book merupakan konversi email, namun pembelian e-book masuk dalam konversi bisnis

Anda perlu mendefinisikan konversi dari ekosistem email, sehingga jelas apa yang perlu anda track + bagaimana menilai efektivitasnya. Apalagi kalau email anda diarahkan ke website anda sendiri, wajib juga menambahkan UTM parameters sehingga anda bisa melakukan analisa sesi-sesi yang datang dari email yang anda kirim.

Jangan Lupa Memasang Session Tracker (UTM)

Seperti yang saya infokan di atas, UTM berguna untuk membaca laporan lebih lanjut dari strategi email marketing anda di Google Analytics. Terutama apabila strategi email marketing anda cukup intens, memasang UTM bisa membantu anda untuk mengetahui apakah target audience anda melakukan aktivitas di dalam website atau tidak.

UTM bisa anda buat dengan bantuan URL Campaign Builder yang dibuat oleh Google sendiri

Email Marketing UTM

5. Pakai Fitur Automasi

Terakhir jika anda memiliki budget lebih, anda bisa membeli fitur otomasi yang disediakan oleh vendor email marketing juga.

MailerLite adalah salah satu contoh software email marketing yang juga menyediakan opsi otomasi dengan harga yang lebih terjangkau (dibandingkan dengan mailchimp).

Apa keuntungannya?

Dengan menggunakan otomasi, anda bisa mengirimkan email follow up sesuai dengan aksi yang dilakukan oleh user. Misalnya, apabila user masih belum terkonversi menjadi pembeli e-book, anda bisa secara otomatis mengirimkan email follow up untuk meyakinkan calon pembeli tersebut.

Sedangkan yang sudah membeli, secara otomatis akan ditake out dan masuk ke segment yang baru (dan tentu saja akan mendapatkan seri konten yang lain lagi). Otomasi bisa menghemat waktu dan mengurangi manual effort dari strategi email marketing.

Contoh Case Email Marketing

Misalnya anda memiliki bisnis “kelas digital marketing” ingin menjangkau kembali user yang sudah menyelesaikan mini quiz google ads yang anda tayangkan selama 3 bulan.

Anda tentu tinggal menghimpun email-email yang anda dapatkan sebelumnya, lalu tinggal racik headline dan isi yang sesuai dengan profil audience (dalam hal ini, Google Ads). Terakhir, tentukan definisi konversinya. Alhasil anda bisa menjangkau user-user tersebut secara akurat, tanpa mengeluarkan biaya yang terlalu mahal.

Kelebihan dari email marketing dibandingkan digital adstidak ada yang namanya adu mahal bid CPM karena audience terlalu kecil dan konten pasti ter-deliver ke user, selama emailnya masih aktif terpakai 

Apakah Anda Sudah Menggunakan Email Marketing?

Memang email marketing masih menjadi salah satu channel digital marketing yang underrated alias belum begitu dilirik. Karena membuat fundamentalnya memang tidak mudah, plus tools email marketing yang 100% lengkap harganya masih terlalu mahal. Sebut saja salah satunya, mailchimp yang harganya bisa mencapai 1500 USD per bulan.

Namun jika anda masih baru, sebenarnya anda bisa menggunakan tools yang lebih murah (tentunya dengan fitur yang lebih sedikit). Mailjet contohnya, dibanderol dengan harga 35 USD per bulan dengan kuota 50.000 sent email. Tentunya harga ini tidak terlalu mahal bukan?

Dwinandha Legawa
Digital Marketer focused on Digital Ads since 2019 and He has continuously spread awareness about how Digital Advertising should work for everyone's businesses, also loved to debunk misleading myths, which specialized in Facebook and Google Ads.