Membuat dan Menindaklanjuti Keputusan

Artikel ini terakhir di perbaharui February 29, 2024 by Joe Handaya
Membuat dan Menindaklanjuti Keputusan

Banyak orang memandang pengambilan keputusan itu seperti orang yang berbelok untuk terjun ke jurang. Seakan sekali keputusan dibuat, akibatnya harus ia tanggung selamanya. Pikiran itu membuat orang takut membuat keputusan. Atau sebaliknya, orang menyesali keputusan yang ia buat, menganggap keputusan itu sebagai satu-satunya sumber kegagalan.
Hidup itu seperti kita sedang mengendarai mobil. Setiap saat kita harus membuat keputusan. Ada saat kita memutuskan untuk belok kanan, belok kiri, mengerem untuk mengurangi kecepatan, dan di lain kali kita harus mengegas untuk menambah kecepatan. Kadang kita harus bertindak reflek, untuk menghindari bahaya.

Sulitkah memutuskan untuk belok kiri atau kanan saat menyetir? Tidak sulit, kalau kita tahu tujuan yang mau kita tempuh. Juga tidak sulit kalau kita sudah lebih dahulu memantau situasi di sekitar kita. Kita putuskan untuk belok kanan, karena jalan di sebelah kanan itulah yang mengantarkan kita pada tujuan. Sebelum berbelok, kita pantau keadaan, sampai kita dapatkan situasi yang benar-benar aman untuk berbelok.

Bagaimanakah sebuah keputusan yang tepat itu? Sebagaimana digambarkan dengan ilustrasi di atas, keputusan yang tepat adalah keputusan yang mempertimbangkan tujuan. Baik tujuan jangka pendek, maupun tujuan jangka panjang. Meski terdengar sederhana, banyak orang gagal memahami ini. Banyak orang membuat keputusan yang melenceng dari tujuannya. Keputusan dibuat sebagai reaksi atas keadaan yang sedang dihadapi.
Selain itu keputusan dibuat, dan dieksekusi dengan mempertimbangkan situasi di saat dan di tempat itu. Artinya, bisa saja kita ingin mencapai suatu keadaan, tapi kita perlu menunda tindakan, dengan pertimbangan saatnya belum tepat.

Banyak orang bingung dan takut membuat keputusan. Sebabnya, mungkin karena ia tak punya tujuan yang jelas. Ia tak tahu atau tidak mendefinisikan tujuan. Atau, karena kekurangan pengetahuan, ia tak punya cukup informasi tentang tindakan apa yang terbaik untuk mencapai tujuannya. Karena itu sangat penting untuk selalu menegaskan tujuan, dengan kejelasan parameter yang menjadi indikator pencapaian tujuan. Juga tahu dengan pasti tindakan apa yang diperlukan untuk mencapainya. Kumpulkan sebanyak mungkin informasi, sehingga kita tahu pasti bahwa tindakan yang kita putuskan benar-benar akan membawa kita kepada tujuan yang mau dicapai.

Lebih dari itu, sebuah keputusan akan diikuti oleh keputusan lain. Sebuah tindakan tidak akan membawa kita kepada tujuan. Serentetan tindakanlah yang mengantarkan kita pada tujuan. Setelah memutuskan sesuatu dan mengeksekusinya, kita akan dihadapkan pada situasi baru, di mana kita harus membuat keputusan kembali.

Keputusan yang tepat sebenarnya bukanlah sebuah keputusan tunggal. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang dieksekusi secara terkendali, sesuai atau tidak eksekusinya, juga sesuai tidak hasilnya. Berdasarkan hasil tu kita membuat lagi keputusan lain. Bila berhasil, kita lanjutkan. Bila gagal, kita harus mengulang atau membuat langkah koreksi.

Kalau kita bayangkan seperti vektor, pembuatan keputusan bukanlah seperti sebuah vektor besar yang besar dan arahnya tidak lagi bisa kita ubah. Pembuatan keputusan adalah vektor-vektor kecil yang terangkai, membentuk sebuah resultan vektor besar. Pada setiap titik kita bisa mengoreksi, memperbaiki, bahkan berbalik arah menuju ke tempat di mana kita membuat kesalahan tadi.

Tapi bukankah ada keputusan yang tidak bisa dikoreksi? Ada. Karena itulah kita harus berhati-hati. Hati-hati maksudnya bukan maju mundur, ragu dalam pembuatan keputusan. Tapi kumpulkan informasi yang benar-benar sahih dan tepat. Tapi kalaupun kita salah, dan tidak bisa mengulang, kita tetap bisa mengoreksi keputusan kita dengan berbagai cara.

Sebuah keputusan dianggap salah kalau hasil tindakan dari keputusan itu tidak sesuai harapan. Banyak orang terduduk menyesali keputusan ketika itu terjadi. Ia menyesal, berharap ia bisa mengulangi waktu, dan membuat keputusan lain.
Itu adalah sikap yang keliru, dan sering membuat orang  frustrasi dan putus asa. Padahal ketika sesuatu yang buruk telah terjadi, kita tak bisa melakukan apapun untuk membatalkannya. Yang bisa kita lakukan adalah bertindak untuk menanggulangi akibatnya.

Maka, ketika kita menemukan bahwa keputusan kita salah, jujurlah untuk mengakui kesalahan itu. Keluarkan keberanian untuk mengoreksinya. Bertindaklah sampai kita mendapatkan hasil yang diinginkan.

Orang sukses bukanlah orang yang selalu benar dalam membuat keputusan, melainkan orang yang membuat serangkaian keputusan yang membawanya pada hasil akhir yang diinginkan.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.