Pahami 5 Jenis dan Tingkat Kesulitan Dalam Iklan Digital

Artikel ini terakhir di perbaharui February 29, 2024 by Joe Handaya
Pahami 5 Jenis dan Tingkat Kesulitan Dalam Iklan Digital

Anda tentu pernah bertanya, bagaimana urutan tingkat kesulitan dalam iklan digital. Me ngingat ada berbagai channel digital marketing yang bisa bisa digunakan, dan bagi anda yang masih baru belajar tentu akan jauh lebih mudah jika memulai dari tingkat kesulitan yang paling mudah.

Dari berbagai channel seperti SEM (Google Ads Search), Social Media Ads, Shopping Ads, CPAS, sampai Programmatic Advertising, mana yang kira-kira paling mudah dan mana yang paling sulit?

Bagaimana Saya Menilai Tingkat Kesulitannya?

Saya akan menilai berdasarkan dari beberapa faktor, seperti:

  • Kesulitan mengontrol targeting
  • Ragam faktor kesuksesan
  • Ragam penggunaan kreatif
  • Letak placement iklan

Tidak perlu basa basi lagi, ayo kita mulai!

1. Google Ads Search (SEM) – Level 1

Google Ads Search merupakan channel digital ads yang paling pemula friendly. Bagaimana tidak, targetingnya paling mudah difenisikan. Yaitu dengan menggunakan keyword.

Ketika user mengetikkan keyword tertentu, tentu saja dia sudah memiliki intensi terhadap keyword tersebut. Tidak mungkin ada kasus dimana user pura-pura melakukan pencarian. Bahkan kalau pun ada user yang bercanda, dia berarti ada kecenderungan untuk berinteraksi dengan keyword tersebut di masa mendatang.

Ini artinya kemungkinan fenomena “targeting bocor” sangat kecil. Orang yang mencari keyword “A” tidak mungkin mendapatkan iklan “B” karena memang keduanya tidak memiliki korelasi.

Membuat ads-nya juga sangat mudah

Untuk menentukan tingkat korelasi antar targeting dan iklan pun sangat mudah. Cukup sebutkan saja keywordnya di dalam iklan, maka skor kualitas pun akan langsung baik secara sendirinya.

2. Social Media Ads – Level 2

Social media ads menempati urutan tingkat kesulitan kedua. Ya, memang nyatanya social media ads tidak semudah yang terlihat!

Dari sisi targeting saja kita bisa melihat mengapa social media ads memiliki tingkat kesulitan di atas SEM. Di social media ads, anda mengandalkan big data dari platform iklan yang anda gunakan.

Misalnya anda menjalankan bisnis di bidang jual beli mobil bekas, anda tentu akan mentarget orang-orang yang tertarik dengan “mobil” bukan?

Padahal kan tidak semua orang yang mengikuti konten mobil, adalah orang yang memiliki rencana untuk membeli mobil?

Ya inilah salah satu pain point terbesar dari Social Media Ads. Kita tidak akan pernah bisa mentarget orang yang paling spesifik.

Ingat juga orang yang ingin membeli mobil, belum tentu dia mengikuti konten berbau otomotif di social media mereka.

Ini mengakibatkan para pengiklan yang menggunakan strategi social media ads, harus memutar otak dan berpikir bagaimana cara mereka bisa mentarget orang yang paling potensial tanpa mengorbankan jangkauan.

Memang social media memberikan banyak opsi untuk targeting. Namun banyak opsi = lebih besar kemungkinan salah pilih

Satu-satunya cara untuk mengatasi ini hanyalah dengan sering-sering melakukan testing, dan memikirkan seluruh probabilitas yang ada.

Selain itu, masalah juga tidak hanya datang dari targeting. Di social media ads juga ada faktor trust dan faktor konten.

Di SEM, anda tidak akan berurusan dengan yang namanya followers dan funnel, sehingga anda tidak harus menjangkau user di setiap journey mereka. Namun tidak begitu di dunia social media.

Mau harga anda paling banting sekalipun, belum tentu anda yang akan dipilih di sana. Apalagi kalau ternyata presensi akun anda masih belum cukup kuat (followers kurang, atau konten tidak professional).

Konten iklan juga jadi masalah

Berbeda dengan SEM yang berbasis tulisan, social media ads cenderung lebih mengandalkan visual baik gambar maupun video.

Masalahnya tidak ada standar pasti bagaimana gambar dan video yang sukses di channel ini. Gambar dan video yang dibuat oleh professional pun tidak menjamin kesuksesan campaign.

Belum lagi masalah konten yang harus dibuat di setiap funnel. Di SEM, anda hanya perlu mengatur ads copy dengan keyword yang ditarget saja. Namun di channel ads yang melibatkan gambar seperti Social media ads, aspek visual juga menjadi kunci.

3. Facebook CPAS/Facebook Shopping Ads – Level 3

CPAS atau Collaborative Performance Advertising Solution merupakan format iklan yang biasa digunakan oleh marketplace. CPAS biasanya digunakan oleh toko-toko yang terdaftar di dalam marketplace, agar mereka tetap bisa beriklan namun dengan data mereka sendiri.

Cara kerjanya cukup simpel, marketplace akan membuat segmentasi katalog berdasarkan dari informasi produk di masing-masing toko. Nantinya toko akan bisa mengiklankan segmentasi katalog tersebut di social media, dan iklan yang tayang benar-benar hanya menampilkan informasi dari toko tersebut (termasuk data-datanya) dan tidak akan ada informasi dari toko lain. Sehingga 100% aman dan akurat.

Saat ini CPAS hanya tersedia di Google dan Facebook saja. Tiktok kemungkinan akan menyusul

CPAS juga memiliki fitur-fitur khas e-commerce advertising. Seperti segmentasi product set, dynamic catalogue, dynamic retargeting, sampai ke laporan ROAS (Return On Ad Spend).

Namun, semakin banyak fitur tentu semakin banyak celah kesalahannya. Ini membuat CPAS menjadi lebih sulit ketimbang strategi periklanan biasa.

Terutama jika kita membahas ROAS Optimization, dimana anda beriklan untuk mendapatkan return setinggi mungkin. Berbeda dengan optimasi CPA, ROAS lebih mementingkan kualitas dari setiap pembelian. Sehingga optimasi yang harus anda lakukan bukan hanya mendapatkan penjualan sebanyak mungkin, tapi juga nilainya harus setinggi mungkin.

CPAS juga memberikan solusi konten yang dinamis

Di dalam CPAS ada format konten Collection dan Dynamic Catalog. Kedua format ini sangat powerful, namun hanya ketika anda tahu bagaimana cara menggunakannya dengan baik.

Contoh Collection Pada CPAS

Contoh Kasus

Anda memiliki 20 barang yang terdaftar di toko anda, namun pelanggan anda tidak mungkin mengunjungi semua barang bukan? Paling hanya beberapa saja. Nah, dengan bantuan format khusus ini, anda bisa menampilkan barang-barang yang belum tersentuh itu ke pelanggan anda.

4. Google Display Ads (GDN) – Level 4

Google Display Ads merupakan salah satu channel pemasaran yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

Mengapa begitu? Berikut beberapa faktornya

  1. Penempatan iklan GDN sangatlah luas. Bisa di situs-situs partner, youtube, aplikasi, dan sebagainya
  2. Format iklan GDN sangat beragam. Bahkan ada juga format rich media, yang sangat atraktif
  3. Targeting paling sulit dikontrol. GDN memiliki kombinasi opsi targeting ala SEM (keyword dan intent) dan social media (interest, retargeting) sekaligus

GDN biasanya digunakan untuk menarik calon pelanggan yang berada di top funnel, mengingat penempatannya yang beragam dan mampu menayangkan berbagai jenis kreatif. Tapi, channel ini sama sekali tidak disarankan untuk pemula.

5. Programmatic Ads – Level 5

Terakhir adalah programmatic ads. Ini bisa dibilang channel yang paling baru + paling sulit dikendalikan.

Programmatic ads merupakan channel digital advertising yang memiliki lokasi placement terbanyak. Termasuk Private Media Placement (PMP), Connected TV (CTV), sampai OOH (Out Of Home)

Penempatan programmatic ads juga memerlukan pengetahuan lebih dalam tentang bagaimana cara kerja digital advertising secara teori.

Kok begitu?

Ya, karena anda akan menemukan berbagai istilah teknis seperti DSP (Demand Side Platform) dan SSP (Supply Side Platform). Dalam penempatan closed source seperti Facebook dan SEM, istilah DSP dan SSP tidak dimunculkan karena memang mereka adalah DSP dan SSP-nya sekaligus. Bahkan di GDN yang katanya “open” sekalipun, Google tidak memberikan istilah-istilah ini, karena Google lebih mementingkan DSP dan SSP partner mereka.

Targeting DSP Programmatic Ads

Berbeda dengan programmatic, dimana anda akan menghadapi pasar digital advertising yang benar-benar bebas. Anda tidak hanya akan berurusan dengan Google dan Facebook Ad Exchange saja, tapi juga Ad Exchange lain (yang biasanya juga punya karakteristik sendiri-sendiri).

Programmatic ads memberikan opsi targeting menggunakan third party data, alias data yang disediakan oleh pihak selain pengiklan dan platformnya

Mana Yang Sudah Anda Kuasai Dari 5 Itu?

Kalau anda menguasai kelima-limanya, maka selamat! Anda merupakan master sekaligus suhu dunia digital ads. Tapi jika hanya beberapa saja, maka anda juga tidak perlu khawatir. Sebab memang tidak semua bisnis harus menggunakan kelima channel tersebut.

Bahkan di agency sekalipun, umumnya masing-masing channel dipegang oleh orang-orang yang berbeda. Karena memang tingkat kompleksitas setiap channel yang sangat jauh berbeda. Intinya, pelajari saja channel-channel yang anda butuhkan. Tidak perlu ngotot untuk menguasai semua sekaligus, apalagi kalau anda baru mengenal dunia digital.

Dwinandha Legawa
Digital Marketer focused on Digital Ads since 2019 and He has continuously spread awareness about how Digital Advertising should work for everyone's businesses, also loved to debunk misleading myths, which specialized in Facebook and Google Ads.