Bagaimana Kriteria Seorang Atasan Yang Baik?

Artikel ini terakhir di perbaharui November 11, 2021 by Yoko Widito
Bagaimana Kriteria Seorang Atasan Yang Baik?

Apa yang sering diceritakan orang tentang atasan yang baik? Pada umumnya mereka bercerita tentang kebaikan-kebaikan yang sifatnya personal. Baik itu misalnya murah hati, suka menraktir dan memberi. Ada yang memberi sampai ke mencakup ke urusan yang sangat pribadi. Misalnya membantu dalam urusan keuangan pribadi, atau ikut terlibat menyelesaikan persoalan pribadi.

Ada pula versi lain. Atasan yang baik itu adalah atasan yang tidak suka marah. Kalau bawahan melakukan kesalahan, dia tidak marah. Ia mendiamkan, atau bahkan menutupi kesalahan itu. Atasan yang tidak terlalu disiplin, longgar soal aturan, mau fleksibel atau kompromis sering jadi atasan favorit.

Pokoknya, atasan yang baik itu adalah atasan yang memberikan keuntungan pribadi, yang membuat seseorang nyaman. Tipe atasan seperti itu umumnya disukai. Secara manajemen bagaimanakah seorang atasan yang baik itu?

Dalam sistem manajemen seorang atasan adalah seorang pemimpin yang memiliki tanggung jawab untuk berperan dalam pencapaian tujuan organisasi. Secara pragmatis ia bertugas mengelola berbagai urusan agar terlaksana. Tidak hanya itu, ia juga bertanggung jawab agar semua urusan itu berlangsung sesuai aturan. Melaksanakan hal yang benar dengan cara yang benar.

Artinya, ketika ada kelalaian atau bahkan pelanggaran, lalu seorang atasan diam, atau bersikap santai, ia bukan atasan yang baik. Ia tidak sedang menjalankan fungsinya sebagai manajer yang harus menjalankan hal baik dengan cara yang baik. Kalau ada target yang harus dicapai tapi tak tercapai, dan ia biarkan, ia bukan manajer yang baik. Terlebih, kalau ada pelanggaran, ia harus mengoreksi, meluruskan kembali. Kalau ia mendiamkan pelanggaran, ia bukan pemimpin yang baik. Bahkan ada kemungkinan dia korup. Ini harus diwaspadai.

Banyak orang yang gembira dengan atasan yang baik, tanpa menyadari bahwa ia sebenarnya korup. Ia bersikap baik, dalam arti tidak bertindak tegas terhadap pelanggaran, untuk menutupi atau membuat orang-orang di sekitarnya memberi toleransi terhadap pelanggaran yang lebih besar yang ia lakukan. Ia sedang memperbesar lingkaran korup. Jangan terjebak untuk menganggapnya atasan yang baik.

Tapi apakah menegur dan mengoreksi itu identik dengan marah-marah, kasar, dan melecehkan? Tidak. Seorang atasan yang baik adalah atasan yang meluruskan kelalaian, mendorong agar kelalaian itu tidak terjadi, dan tidak terulang. Bila ada pelanggaran, ia melakukan tindakan koreksi, bila diperlukan memberi sanksi. Ia bersikap tegas. Tapi tegas tidak sama dengan kasar. Ia tetap bersikap dan berkata sopan, tidak emosional. Tapi ia tak memberi toleransi kepada pelanggaran.

Sebagai pemimpin ia tak hanya harus memastikan hasil kerja tercapai. Ia juga harus memastikan hasil itu dicapai dengan proses yang benar. Salah satu poin penting kepemimpinan adalah adanya visi jangka panjang. Sebagai manajer, seorang atasan harus mematiskan kerja-kerja pragmatis berlangsung dan mencapai hasil. Tapi sebagai pemimpin, ia harus memastikan bahwa organisasi mencapai suatu bentuk di masa depan.

Salah satu aspek penting dalam organisasi adalah pembinaan. Atasan tidak hanya harus berperan memastikan pekerjaan terlaksana, tapi juga memastikan pelaksananya mendapat pembinaan. Ia tak hanya menyuruh orang melakukan pekerjaan sampai beres, tapi juga memberikan bekal skill secara terus menerus, membuat orang-orang di bawahnya tumbuh, dan siap memegang kendali di masa depan. Seorang atasan yang baik adalah seseorang yang memiliki rencana strategis soal pembinaan terhadap bawahan.

Pembinaan itu seperti Anda latihan kebugaran di gym. Banyak yang melelahkan, bahkan sesekali menyakitkan. Atasan yang baik tega memberikan latihan yang sesekali terasa memberatkan, tapi dengan manfaat besar di masa depan. Artinya, atasan yang baik tak selalu memberikan Anda kenyamanan.

Jangan terlena dengan kriteria atasan yang baik, yang sebetulnya menyesatkan.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.