Kriteria Calon Istri: Pandai Berinvestasi

Artikel ini terakhir di perbaharui February 13, 2022 by Yoko Widito
Kriteria Calon Istri: Pandai Berinvestasi

Satu hal yang sangat penting dalam manajemen keluarga adalah soal pengelolaan uang. Bahasannya mulai dari bagaimana mengatur pemasukan, dengan konsekuensi dilematis, apakah istri harus/perlu/boleh bekerja mencari pemasukan atau tidak. Tapi sebenarnya ada soal yang jauh lebih penting, yaitu bagaimana mengatur pengeluaran.

Pola pengeluaran sangat tergantung dari pola pikir. Saat penghasilan 10 juta sebulan, orang bisa hidup dengan biaya 8 juta, dan menabung 2 juta. Tapi apakah kalau penghasilannya naik jadi 20 juta ia bisa menabung 12 juta? Ada kemungkinannya tidak. Boleh jadi biaya hidupnya naik jadi 15 juta, dan yang ditabung hanya 5 juta saja. Lebih parah lagi, tabungan mungkin tetap 2 juta saja.

Kunci dalam manajemen keuangan adalah menajemen keinginan. Kalau saat penghasilan kecil kita penuh dengan keinginan, lalu saat penghasilan meningkat lantas kita merasa itu adalah saat untuk mengabulkan berbagai keinginan, maka kenaikan penghasilan jadi tidak berarti. Kita tidak bertambah kaya dengan kenaikan penghasilan. Kita hanya berubah jadi orang yang boros.

Menabung sebenarnya baru tahap awal manajemen keuangan keluarga. Yang lebih penting adalah investasi, membuat uang itu tumbuh, kalau perlu berlipat. Kalau kita bisa menabung 100 juta setahun, setelah 3 tahun baru terkumpul 300 juta. Dari sisi nominal jumlah itu tak seberapa.

Sisi penting dari uang sejumlah tertentu adalah, ia punya daya beli terhadap sesuatu yang bisa tumbuh kembang dengan cepat. Tentu saja itu sangat tergantung dari apa yang dibeli. Nah, apa yang dibeli itu memerlukan kemampuan analisis investasi.

Uang 300 juta kalau disimpan dalam wujud tabungan di rekening biasa, bunganya hanya sekitar 1-2%. Deposito, paling bagus 5-6%. Investasi sukuk mungkin bisa 8%. Adakah yang bisa 15-20%? Ada, tentu saja dengan risiko. Investasi apartemen bisa mendatangkan profit sampai 30% per tahun. Saham, kalau bagus mungkin bisa 15-20%.

Saya tidak bisa membahas detil soal strategi investasi, karena saya bukan ahlinya. Yang ingin saya katakan adalah, sukses tidaknya kita dalam mengelola ekonomi keluarga tergantung dari bisa tidaknya kita berinvestasi. Menabung saja jauh dari cukup.

Bayangkan, dengan penghasilan Anda saat ini, berapa tabungan Anda ketika Anda pensiun? Tidak banyak. Seorang teman memberi tahu saya hitungan kasar: masa kerja = masa pensiun. Misalnya seseorang mulai bekerja di usia 25, lalu pensiun di usia 55. Ia bekerja selama 30 tahun. Boleh jadi ia akan hidup sampai usia 75 tahun. Artinya, setidaknya ia harus punya tabungan untuk membiayai hidupnya selama 20 tahun setelah pensiun.

Dengan hitungan sederhana itu, kalau bergantung pada tabungan, Anda harus menyisihkan 35% dari penghasilan Anda setiap bulan. Kalau hanya 20% atau 10%, jauh dari cukup. Itu pun masih belum cukup. Anda harus berinvestasi, memastikan uang tabungan tadi terus tumbuh seiring perjalanan waktu. Lebih bagus lagi kalau investasi itu menghasilkan penghasilan pasif, sehingga suatu saat penghasilan pasif itu bisa memenuhi semua kebutuhan Anda. Itulah kemerdekaan finansial.

Nah, perempuan, terlepas dari apakah dia bekerja untuk memperoleh penghasilan atau tidak, sangat berperan dalam manajemen keuangan keluarga. Kalau istri boros, mau berapa pun penghasilan keluarga, akan habis. Uang hanya akan numpang lewat di rekening. Sebaliknya, kalau ia pandai mengelola, penghasilan tak seberapa pun akan bisa berarti.

Lho, memangnya laki-laki tidak ada yang boros? Justru itu, kalau perempuan boros, ditambah laki-laki yang boros, hancur. Perempuan diharapkan bisa jadi rem bagi laki-laki yang boros. Sebaliknya, biasanya laki-laki sulit mengerem kalau istrinya boros.

Seperti saya tulis di atas, menabung saja jauh dari cukup. Perempuan harus bisa berinvestasi, untuk mengamankan uang keluarga.

Emak saya dulu sangat cerdas dalam soal keuangan. Ia selalu punya cara berhemat, dan punya cara membuat uangnya tumbuh. Zaman dulu cara berinvestasi yang paling sederhana adalah dengan membeli emas. Ini sebenarnya banyak dipraktikkan perempuan zaman dulu.

Untuk bisa mengelola keuangan keluarga kita perlu terlebih dahulu menetapkan target atau tujuan. Misalnya, punya penghasilan pasif dalam jumlah tertentu. Kemudian dibuat perencanaan tentang bagaimana target itu dicapai. Nanti akan didapat nilai tabungan yang harus disisihkan setiap bulan. Ingat, yang disisihkan bukan sisa dari semua pengeluaran. Justru sebaliknya, yang boleh dikeluarkan adalah sisa dari yang sudah ditabung.

Selain rencana tabungan, harus ada rencana investasi. Investasi apa yang terbaik, harus dipelajari, dipilih, lalu dikelola. Terlepas dari dia bekerja atau tidak, perempuan bisa berperan sangat besar dalam hal menabung dan investasi.

Nah, bagi yang sedang mencari pasangan, perlu ditambahkam kriteria ini: apakah calon pasanganmu bisa berinvestasi? Dalam mendidik anak pun ini harus diajarkan.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.