Poin-poin yang Harus Diperhatikan Saat Menumbuhkan Bisnis

Artikel ini terakhir di perbaharui December 1, 2020 by Yoko Widito
Poin-poin yang Harus Diperhatikan Saat Menumbuhkan Bisnis

Tidak ada pebisnis yang tidak ingin bisnisnya berkembang menjadi besar. Mereka bekerja keras agar bisnisnya tumbuh, dari bisnis kecil, perlahan tumbuh menjadi bisnis skala menengah, kemudian tumbuh terus menjadi besar, lalu menjadi raksasa. Bisnis-bisnis raksasa yang ada sekarang juga banyak yang melalui tahapan-tahapan itu. Apa poin penting yang harus diperhatikan saat seorang pebisnis menumbuhkan bisnis miliknya?

tetapkan tujuan bisnis

Pertama, tetapkan tujuan. Ada tujuan jangka yang sangat panjang, yang lebih tepat kita sebut visi. Visi itu diterjemahkan dalam strategi jangka menengah, 2-3 tahun, yang isinya adalah rencana strategis, menjelaskan apa yang harus dicapai dalam periode itu, serta langkah-langkah untuk mencapainya. Strategi itu diikuti dengan rencana yang sifatnya lebih praktis dan teknis.

Kedua, fokus dalam menjalankan strategi itu. Fokus menggunakan energi untuk mencapainya. Jangan terbuai oleh keberhasilan jangka pendek, kemudian segera buru-buru untuk menikmatinya, atau menjadi kendor dalam pertarungan. Banyak pebisnis yang justru jatuh terjerembab saat bisnisnya mulai berkembang. Ketika bisnis mulai berkembang, ia mengira sudah berhasil mengamankan jalan menuju puncak. Ia mengira di perjalanan berikutnya ia bisa menghidupkan mode auto-pilot. Itu kesalahan fatal.

Ketiga, berinovasi mencari jalan-jalan yang bisa membuat bisnis tumbuh lebih cepat. Tentulah jalan itu bukan jalan yang sudah dilalui oleh para pendahulunya. Ia harus membangun kreasi baru. Atau, bisa saja ia menempuh jalan yang sama, tapi dengan teknik yang berbeda. Intinya, ia harus punya inovasi untuk membuat perbedaan, bukan sekadar jadi pengekor.

stretegi bisnis

Sifat kreatif-inovatif sering kali merupakan bagian intrinsik dari seorang yang punya mimpi besar dan sedang mengeksekusi mimpi itu. Ia hanya perlu menjaga agar semangat itu tidak pudar. Lebih bagus lagi bila semangat itu bisa terus dibesarkan. Dalam konteks perusahaan, inovasi bisa dihasilkan dari kegiatan riset dan pengembangan. Banyak orang salah kaprah, menganggap kegiatan ini sebagai barang mewah yang baru boleh dinikmati kalau perusahaan sudah besar. Mentalitasnya tetap begitu, meski perusahaan sudah tumbuh lebih besar. Kelak ketika sudah besar pun, kegiatan pengembangan tetap dianggap mewah atau mubazir.

Riset dan pengembangan tidak perlu menunggu sampai perusahaan menjadi besar. Skalanya selalu bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada. Penentu utamanya bukan pada dana atau sumber daya, tapi pada visi pelaku organisasi. Bila visi itu ada, maka pelaku organisasi akan mengusahakan sumber daya yang diperlukan.

Keempat, lacak sumber inefisiensi, siapkan langkah untuk menghapuskannya. Inefisiensi dalam bahasa Jepang disebut “muda”. Bisnis kecil menengah Jepang mempraktikkan konsep penghapusan “muda” ini sebagai modal utama untuk tumbuh besar. Toyota itu menjadi raksasa karena berhasil menghapus 7 macam “muda” atau inefisiensi, yang strateginya dikenal dengan istilah “nanatsu no muda”.

lacak inefisiensi

Inefisiensi pada organisasi bisnis kecil tidak terasa, karena nominalnya bisa dianggap kecil. Namun saat organisasi membesar inefisiensi ini jadi terasa, karena merupakan kelipatan dari inefisiensi yang selama ini ada, pada semua unit bisnis baru. Menghilangkannya tidak mudah, karena perilaku inefisiensi sudah menjadi kebiasaan yang dianut begitu banyak orang. Karena itu, dalam jalur pendakian sangat penting untuk membangun berbagai kebiasaan efisien, yang menjadi perilaku setiap individu dalam organisasi.

Bukankah semangat ini hanya relevan untuk yang sedang tumbuh? Bagaimana dengan yang sedang berada di puncak? Ingatlah bahwa sesungguhnya puncak-puncak itu virtual sifatnya. Ketika kita sudah mencapai suatu titik, selalu ada titik yang lebih tinggi untuk dikejar. There is always one more mountain left to climb. Justru semangat ini harus terus menerus dipelihara oleh orang atau organisasi yang sudah berada di puncak. Kalau tidak, ia akan terperosok pada turunan, tergelincir jatuh ke jurang, lalu berada pada posisi terbawah.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.