Sputnik 1, Cerita tentang Kepeloporan Teknologi

Artikel ini terakhir di perbaharui October 12, 2020 by Yoko Widito
Sputnik 1, Cerita tentang Kepeloporan Teknologi

4 Oktober 1957 Uni Sovyet berhasil meluncurkan Sputnik 1, sebuah satelit buatan yang pertama. Disebut satelit buatan, karena secara astronomi satelit adalah sesuatu yang beredar mengelilingi planet. Bulan adalah satelit bumi. Bumi hanya punya satu satelit alami. Planet-planet lain memiliki lebih banyak satelit. Dalam keseharian kita sekarang satelit lebih sering mengacu pada satelit buatan manusia.

Satelit buatan adalah sebuah benda yang ditempatkan oleh manusia untuk beredar mengitari (mengorbit) bumi, untuk berbagai keperluan. Saat ini ada 2000 lebih satelit beredar mengelilingi bumi. Secara total hingga saat ini sudah ada 8900 satelit yang diluncurkan manusia ke orbit bumi. Sputnik 1 adalah yang pertama.

Sputnik-1 sebenarnya sangat sederhana, Ia terdiri dari sebuah wadah berbentuk bola tertutup dengan diameter 22 inci. Badan utamanya adalah dua belahan setebal dua milimeter dan dihubungkan dengan 36 baut. Cincin-O resin memastikan kedua belahan bola tertutup rapat.

Belahan atas membawa dua antena dengan masing-masing dua beam. Satu antena memiliki beam 2,4 meter, satu lagi 3,9 meter. Mekanisme pegas khusus dirancang untuk memasang antena dengan sudut 35 derajat ke arah sumbu utama wadah, segera setelah pesawat ruang angkasa terpisah dari roket.

Satelit Sputnik

Di bagian luar, belahan atas ditutupi oleh pelindung termal setebal satu milimeter. Di bagian dalamnya ada perlengkapan pemancar radio. Permukaan kedua belahan benar-benar dipoles untuk memantulkan sinar matahari yang lebih baik untuk membantu melacak satelit dari bumi.

Bagian dalam Sputnik-1 berisi pemancar radio, sistem catu daya berupa 3 baterai, sakelar jarak jauh, kipas untuk mengatur suhu, sistem sakelar untuk pengatur suhu, dan sakelar barometrik.

Setelah dirakit, satelit diisi dengan nitrogen, mencapai tekanan internal 1,3 atmosfer. Catu daya ke pemancar radio dan sistem kendali termal di satelit diaktifkan oleh sakelar jarak jauh yang dipicu oleh sensor pada saat pemisahan dari roket, dan pemancar radio satu watt memancarkan sinyal yang berlangsung 0,4 detik dengan panjang gelombang 7 dan 15 meter.

Jika suhu di dalam satelit pernah melebihi 50 derajat Celcius atau turun di bawah 0 derajat Celcius, atau jika tekanan di dalamnya turun di bawah 0,35 kilogram per sentimeter persegi, sakelar termal dan barometrik akan diaktifkan mengubah panjang sinyal radio yang dikirim oleh satelit. Jadi untuk menjaga suhu normal di dalam satelit, kipas khusus akan diaktifkan, ketika suhu interior meningkat di atas 30 derajat Celcius. Jika suhu turun di bawah kisaran 20-23 Celcius, kipas akan dimatikan. Sakelar termal ganda bekerja untuk menghidupkan dan mematikan kipas.

Apa yang dilakukan Sputnik 1 selama mengorbit bumi dalam waktu 3 minggu itu? Tak ada. Seperti tercermin dalam peralatan yang dibawanya, Sputnik 1 hanya memancarkan signal radio yang ditangkap di bumi, memberitahukan bahwa ia masih beredar. Tak lebih dan tak kurang.

Pioneer Teknologi Satelit

Tapi satelit sederhana itu telah mengguncang Amerika Serikat, musuh besar Uni Sovyet dalam perang dingin di masa itu. Sebagai musuh bebuyutan, keduanya bersaing dalam segala hal. Senjata, ekonomi, olah raga, dan teknologi. Amerika saat itu juga sedang mengembangkan berbagai teknologi ruang angkasa.

Para ilmuwan saat itu sudah memiliki gambaran soal bagaimana peran satelit di masa depan. Namun semua tentu saja masih dalam tataran teori. Keberhasilan menempatkan Sputnik di orbit bumi adalah bukti nyata bahwa segala perhitungan dan rancangan teoretis tadi benar. Tentu saja, meski isi dan fungsi satelitnya sangat sederhana, teknologi roket untuk membawa Sputnik 1 ke orbit tidak sederhana.

Sputnik 1 adalah sejarah soal kepeloporan atau pioneering. Produk pelopor kalau dinilai dari saat teknologi sudah maju, tampak sangat sederhana. Tapi justru di situlah kekuatannya. Pada titik ketika produk pelopor itu muncul, hanya diperlukan bukti bahwa hal itu bisa diwujudkan, bisa dilakukan. Hasilnya sangat sederhana, wujudnya sangat sederhana, tak masalah. Setelah kita yakin bahwa kita bisa, kita tinggal meningkatkan kompleksitasnya. Tentu saja itu pun tidak mudah. Tapi setidaknya kita sudah dibekali dengan keyakinan bahwa kita bisa.

Sputnik 1 juga mengandung sejarah soal gertakan dalam propaganda. Uni Sovyet ketika itu berhasil mengirim pesan kepada dunia bahwa Sovyet memenangkan kompetisi teknologi luar angkasa. Tidak ada yang bisa membantah klaim itu. Hal itu akan menumbuhkan kepercayaan diri yang memberi energi untuk pertarungan lebih lanjut, sekaligus mengguncang pihak lawan. Keduanya bisa jadi modal untuk berlari jauh di depan.

Dalam dunia bisnis modern 2 hal itu, yaitu kepeloporan dan gertakan sangat penting. Dikenal sebagai “leader” di bidang yang kita geluti adalah modal untuk mendapatkan kepercayaan pasar, lalu menguasainya. Karena itu, perjuangan untuk bisa membuktikan diri sebagai pihak yang berdiri paling depan sangat penting untuk dilakukan.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.