Di Medsos Kamu Ngapain Aja?

Artikel ini terakhir di perbaharui October 13, 2021 by Yoko Widito
Di Medsos Kamu Ngapain Aja?

Facebook, Instagram, dan Whatsapp down selama beberapa jam, memicu kehebohan. Mungkin banyak orang merasa kehilangan sesuatu yang sudah jadi bagian dari rutinitas keseharian mereka. Ada kebiasaan yang tidak bisa ditunaikan, dan itu mengganggu. Apakah ini berarti orang-orang itu kecanduan media sosial?

Untuk bisa menetapkan apakah seseorang, atau diri Anda sendiri, kecanduan atau tidak, kita harus terlebih dulu menegaskan, apa fungsi media sosial bagi seseorang atau Anda. Anda butuh makan setiap hari. Anda makan nasi setiap hari. Tentu tidak bisa dikatakan bahwa Anda kecanduan nasi. Kenapa? Karena nasi sebagai makanan pokok adalah kebutuhan dasar. Karena itu penting untuk bertanya, apa arti media sosial bagi Anda.

Media sosial adalah tempat kumpul virtual. Manusia pada dasarnya membutuhkan interaksi dengan manusia lain, sama seperti manusia butuh makan. Dulu interaksi kita lakukan secara off-line, dengan bertemu langsung. Lama tak bertemu membuat kita merasa kangen. Bertemu menghasilkan kebahagiaan. Tapi harap dicatat, sebenarnya tidak semua pertemuan off-line itu berisi pemenuhan kebutuhan. Banyak juga pertemuan itu menjadi terlalu rutin dan sia-sia. Media sosial adalah ruang pertemuan virtual. Prinsip dasarnya sama dengan pertemuan-pertemuan off-line zaman dulu. Bedanya, kita tak harus bergerak dan bertemu secara fisik. Kita cukup terhubung melalui jaringan internet.

social media tempat kumpul virtual

Sebagaimana interaksi off-line, interaksi online bisa jadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar kita untuk berinteraksi. Pada saat yang sama, ia juga bisa menjadi tempat orang larut menghabiskan waktu secara sia-sia. Karena itu perlu kita evaluasi, kita ngapain aja di media sosial.

Kelompok pertama pada interaksi media sosial adalah bertegur sapa. Sama seperti kita mengucapkan selamat pagi saat melewati rumah tetangga. Kita buka media sosial, scan posting-posting orang, komentar di satu dua tempat, lalu selesai. Kalau Anda melakukan ini setiap hari, atau 2-3 kali sehari, itu sesuatu yang wajar saja.

Selanjutnya adalah orang yang mampir untuk ngobrol, bergerombol ramai-ramai. Di ruang off-line tentu kita tak ngobrol berlama-lama. Eh, sebenarnya ada juga, orang bergerombol untuk ngobrol dan bergosip sampai berjam-jam, seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu ketika anak dan suami sudah berangkat ke sekolah/tempat kerja. Boleh dikata, level ini banyak berisi kesia-siaan. Namun ada segelintir yang memanfaatkannya dengan cerdik. Saat orang-orang berkumpul untuk ngobrol, dia bawa barang dagangan untuk dijual.

Hal yang sama terjadi di media sosial. Ada banyak orang yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk ngobrol tidak jelas, bergosip, menghabiskan banyak waktu. Tapi ada segelintir orang yang memanfaatkan kerumunan itu untuk berjualan. Yang terakhir inilah satu-satunya yang mendapatkan manfaat.

social media eksis

Ada pula yang memakai media sosial untuk mengukuhkan eksistensi. Ada yang berbagi pengetahuan, memberi ceramah, membagikan informasi yang dia miliki. Orang-orang lalu mengenal dia melalui hal-hal yang dia bagikan. Ada yang dikenal sebagai “tokoh” pendidikan, parenting, manajemen, kuliner, dan seterusnya. Saya beri tanda kutip pada kata tokoh, untuk menandai bahwa ada dari orang-orang itu yang memang berisi sehingga patut disebut tokoh, namun ada juga yang sekadar pembual. Selain itu ada pula orang-orang yang sebenarnya tidak membawa muatan apapun. Ia hanya sekadar jadi juru kampanye dari paham/kelompok yang ia yakini, berupa paham politik, agama, preferensi gaya hidup, dan lain-lain.

Jenis lain adalah orang-orang yang punya produk, yang menjadikan media sosial sebagai tempat untuk mengkomunikasikan produk-produknya agar diketahui oleh banyak orang. Ada pula yang menjadikan media sosial sebagai tempat untuk mencari konten-konten hiburan. Di sisi lain, ada orang-orang yang menjadikan media sosial untuk menyebarkan konten-konten hiburan yang dia buat.

Nah, siapa Anda? Ketika media sosial mengalami gangguan, Anda tak bisa mengaksesnya, Anda merasa tak nyaman? Karena apa? Apakah karena Anda terputus kontak dengan kawan? Atau kehilangan tempat ngobrol? Atau, Anda kehilangan panggung ceramah? Atau, Anda kehilangan kesempatan untuk menjual produk-produk, sehingga selama terputusnya hubungan itu Anda rugi?

Perhatikan, ada orang-orang yang meraih untung dari media sosial. Saat media sosial tidak berfungsi, mereka mengalami kerugian yang nyata: kerugian finansial. Sebaliknya, banyak orang-orang yang sebenarnya sedang terus-menerus merugi dengan adanya media sosial. Terputusnya media sosial selama beberapa saat sebenarnya adalah keuntungan bagi mereka. Anda masuk golongan yang mana?

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.