Serahkan Tetek Bengek HR pada HRIS, Fokuslah pada Pengembangan

Artikel ini terakhir di perbaharui January 4, 2021 by Yoko Widito
Serahkan Tetek Bengek HR pada HRIS, Fokuslah pada Pengembangan

Kunci sukses perusahaan ada pada manusia. Siapa yang melakukan kegiatan produksi? Manusia. Siapa yang menjual produk? Manusia. Siapa yang menimbulkan kecelakaan atau kebakaran yang membuat perusahaan rugi besar? Manusia. Ini bukan basa-basi. Berpegang pada prinsip ini banyak perusahaan besar menghabiskan dana besar untuk membangun sistem pengembangan sumber daya manusia. Sistem itu meliputi sistem pelatihan, penilaian, pemberian imbalan, serta membangun HRD center yang megah.

Sayangnya, banyak perusahaan kecil dan menengah yang menganggap pengembangan sumber daya manusia bukan sebagai kebutuhan primer. Bahkan tidak dianggap kebutuhan sama sekali. Mengeluarkan biaya untuk pengembangan sumber daya manusia dianggap hal yang mubazir. Karena itu menempatkan tenaga khusus untuk menangani urusan sumber daya manusia dianggap membuang uang. Di banyak perusahaan kecil dan menengah, urusan HRD sering sekadar diserahkan kepada orang yang bertanggung jawab mengurusi urusan umum. Ia tidak punya kemampuan menyusun strategi pengembangan sumber daya manusia.

Urusan HRD biasanya hanya menyangkut soal administratif: urusan mengumpulkan data karyawan. Mulai dari data pribadi, jam masuk dan pulang kerja, waktu lembur, dan sebagainya. Dari situ dihitung berapa gaji dan uang lembur yang harus dibayar perusahaan. Kerja-kerja itu dilakukan berbasis dokumen kertas, data dikumpulkan secara manual, kemudian diinput ke kumputer untuk dibuat perhitungannya. Itu pekerjaan payroll yang banyak menghabiskan waktu bagian HRD.

Dengan perkembangan teknologi saat ini, urusan tetek bengek seperti itu seharusnya tak perlu lagi dikerjakan manusia. Ada yang namanya Human Resource Information System (HRIS). Ini adalah sistem komputer yang bisa mengambil alih tugas-tugas tetek bengek tadi. Semua dibuat berbasis komputer. Data karyawan dikumpulkan dalam suatu database. Petugas di bagian HRD hanya perlu memasukkan data perkembangan (up date) bila diperlukan. Urusan data kehadiran, jam lembur, perhitungan bonus dan sebagainya bisa dikerjakan oleh komputer secara otomatis.

Tentu saja sistem ini tidak gratis. Tapi dibandingkan dengan biaya untuk menggaji sejumlah orang untuk mengerjakan tetek bengek administrasi itu, sebenarnya biayanya tidak terlalu besar. Return of investment untuk mendapatkan sistem ini segera bisa diperoleh.Lepaskan beban itu, fokuslah pada soal-soal HR yang lebih substansial.

Perusahaan kecil menengah sering berkutat pada persoalan klise: kinerja rendah karena kemampuan SDM rendah, sedangkan untuk membayar SDM tinggi tidak punya uang. Akhirnya perusahaan terus berkubang di wilayah kinerja rendah, tidak pernah naik kelas dalam hal kinerja, sehingga tidak berkembang menjadi besar. Pangkal masalah ini sederhana, yaitu asumsi bahwa kinerja tinggi hanya bisa diperoleh dari karyawan yang dibayar mahal. Itu seperti mind set yang menganggap bahwa makanan enak hanya bisa dihasilkan dengan membeli bahan baku mahal. Padahal pengolahan lebih berperan dalam penentuan kualitas produk akhir.

Yang harus dilakukan perusahaan adalah menetapkan standar kebutuhan SDM secara spesifik sesuai kebutuhannya. Tentu saja sebelum itu harus diperjelas dulu apa kebutuhan tersebut. Jangan sampai masuk ke pasar kerja untuk merekrut karyawan seperti pergi belanja ke pasar tanpa tahu mau masak apa. Akibatnya perusahaan melakukan perekrutan secara random. Inilah yang sebenarnya menghabiskan biaya.

Perusahaan hanya sanggup membayar gaji rendah kepada karyawan. Sangat sering perusahaan yang seperti itu diisi oleh segerombolan manusia yang bekerja secara tidak efisien. Urusan yang sebenarnya bisa diselesaikan oleh 3 orang, dikerjakan oleh 5 orang. Sebenarnya perusahaan bisa membayar gaji lebih tinggi, dengan melakukan efisiensi. Pekerjakan orang sejumlah yang dibutuhkan. Analisis kebutuhan tenaga kerja secara nyata juga merupakan pekerjaan HR yang sangat penting.

Perusahaan tidak perlu selalu berharap mendapat karyawan dengan spesifikasi tinggi. Cukup rekrut karyawan dengan kemampuan dasar yang bagus, lalu latih sampai ia mencapai kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai target kinerja. Siapkan sistem pelatihan yang tepat.

Intinya, mulailah dengan menggeser paradigma bisnis dan sumber daya manusia. Sadari bahwa sumber daya manusia adalah kunci kesuksesan bisnis, bukan segerombolan pesuruh saja. Kemudian fokuslah untuk membangun strategi mengembabgkan sumber daya manusia secara tepat. Membangun sistem HR yang unggul bukanlah kemewahan yang hanya dimiliki oleh perusahaan besar. Cara pandang harus diubah. Sadarilah bahwa perusahaan-perusahaan itu bisa menjadi besar karena sejak awal menempatkan soal pengembangan manusia pada prioritas mereka.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.