Membangkitkan Bisnis Pasca Krisis

Artikel ini terakhir di perbaharui January 27, 2021 by Yoko Widito
Membangkitkan Bisnis Pasca Krisis

Krisis akibat pandemi akan segera berlalu. Mudah-mudahan begitu. Selama krisis ini banyak bisnis yang babak belur, bahkan tidak sedikit yang benar-benar mati. Tapi apapun yang terjadi, bisnis harus kembali dibangkitkan. Apa yang harus diperhatikan dalam membangkitkan kembali bisnis setelah krisis ini berlalu?

Pertama soal efisiensi. Krisis telah membuka mata kita bahwa banyak proses yang tidak efisien dalam bisnis kita selama ini. Salah satunya adalah soal jumlah karyawan. Ketika sistem work from home (WFH) diberlakukan, banyak pelaku bisnis menyadari bahwa jumlah karyawan yang mereka pekerjakan selama ini ternyata terlalu banyak. Kenyataannya, ketika bisnis harus berjalan dengan setengah atas seperempat karyawan, masih tetap bisa jalan. Katakanlah ada faktor jumlah pelanggan yang tidak banyak, volume bisnis mengecil, sehingga yang dibutuhkan untuk melayani juga sedikit. Dengan memasukkan faktor itu pun dalam banyak kasus tetap saja operasi bisnis sebelum krisis tidak efisien dalam jumlah personil.

Apa yang harus dilakukan? Lakukan kajian ulang soal berapa jumlah karyawan yang patut untuk menjalankan kembali bisnis secara sangat efisien. Lakukan analisis detil soal jenis-jenis pekerjaan, skill apa yang diperlukan, dan kualifikasi SDM yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. Pertimbangkan pula sistem kerja yang efisien, dengan mengevaluasi alur proses, pembagian kerja, dan struktur organisasi. Pertanyakan dengan tajam setiap unit kerja, setiap personil, apa peran pentingnya dalam proses bisnis. Bila tidak ada jawaban yang jelas, hilangkan.

Masih soal efisiensi, selama krisis kita juga tahu bahwa ternyata ada banyak proses bisnis yang tidak efisien. Situasinya juga terkait dengan pola pikir. Sebelum krisis kita tidak sadar bahwa ada begitu banyak meeting yang sebenarnya bisa dilakukan secara online. Mungkin pernah terpikir untuk melakukannya sebelum krisis, tapi kita tidak yakin bahwa itu akan efektif. Saat krisis kita terpaksa meeting secara online, dan ternyata cukup efektif. Kita dipaksa untuk membuatnya efektif. Sebelum krisis mungkin meeting online memang tidak efektif, karena kita menganggapnya begitu.

Banyak perusahaan besar yang menghabiskan begitu banyak biaya perjalanan untuk meeting. Mulai dari meeting antarkantor di suatu wilayah, antarprovinsi, bahkan antarnegara. Pertemuan-pertemuan itu menghabiskan banyak waktu, tentu saja menghabiskan biaya juga. Lalu apakah setelah krisis berlalu kita akan berhenti melakukan meeting offline secara total? Tidak. Tetap ada meeting yang perlu dilakukan secara offline. Namun kini kita bisa memilah, mana meeting yang benar-benar perlu dilakukan secara offline, mana yang bisa diselesaikan secara online.

Bagaimana dengan pasar? Selama krisis mungkin banyak bisnis yang hancur. Pasar tutup. Tapi ingatlah bahwa demand pasar hidup bersama aktivitas manusia. Begitu aktivitas manusia hidup lagi, maka demand juga akan menggeliat kembali. Pasar tutup, artinya semua penjual tidak beroperasi. Inilah saat untuk melakukan analisis soal kapan pasar akan kembali hidup. Inilah pula saat untuk menyusun strategi untuk masuk kembali ke pasar, dan memenangkan pertarungan.

Situasi krisis telah membuka banyak gagasan soal bagaimana memberikan layanan yang memanjakan pelanggan. Pola pikirnya adalah, bagaimana mengantar produk/layanan sampai ke depan pintu kamar tidur pelanggan. Pelanggan adalah raja, dia cukup duduk menunggu di kamar tidur. Semua kita siapkan. Sebelum krisis sulit membayangkan layanan total seperti itu. Umumnya pelaku bisnis berpikir hal itu mustahil dilakukan. Saat krisis kita belajar bahwa tidak ada layanan yang mustahil diberikan.

Ini adalah salah satu strategi penting. Rumuskan strategi untuk memberikan layanan penuh kepada pelanggan, dengan segala kemudian yang tersedia untuk mereka. Buat perhitungan soal bagaimana transformasi layanan ketika jumlah pelanggan minimal saat selama krisis, menjadi layanan dengan mutu yang sama ketika jumlah pelanggan membesar ketika keadaan kembali normal nanti. Fokusnya adalah memberi layanan penuh. Itu adalah salah satu cara untuk membedakan bisnis kita dengan bisnis yang dilakukan pemain lain.

Hasanudin Abdurakhman
Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA UGM, kemudian melanjutkan studi di bidang Applied Physics di Tohoku University hingga selesai studi Doktoral. Meniti karir sebagai peneliti di Kumamoto University dan Tohoku University. Saat ini berkarir sebagai eksekutif perusahaan Jepang di Jakarta selama 13 tahun terakhir.